29 Jan 2015

Wedangan Inspirasi: Bekal Freshgraduate Menghadapi Tantangan Melamar Kerja



Halo semuanya! :D


Hari Jumat lalu, yaitu tanggal 23 Januari saya ikut acara keren Bentang Pustaka yang diadakan setiap dua bulan sekali, yaitu Wedangan Inspirasi. Kebetulan acara kemarin ini bertajuk “What HRD Wants from Freshgraduate” wah cocok banget buat saya nih, yang kebetulan juga adalah Freshgraduate (tahun lalu) :p


Wedangan Inspirasi diadakan di halaman depan kantor Bentang Pustaka, di patung kuda, atau biasa disebut dengan Steven Park. Acara ini dimulai pukul 15.30, dibuka oleh MC Mbak Nadia. Selanjutnya adalah sambutan dari tuan rumah, yaitu Mas Salman Faridi yang merupakan  CEO Bentang Pustaka.
Mas Salman memberikan sambutan



Acara berlanjut pada perkenalan para editor bentang yang membawahi lini masing-masing. Yaitu Mbak Intan dan Mbak Nadia editor nonfiksi, Mbak Ika editor fiksi dewasa, Mb Noni editor buku pelajaran, Mb Dila editor fiksi belia dan populer, Mb Ayu dan Mb Ulil editor komik.
Editor Bentang Pustaka yang cantik-cantik



Pengisi acara Wedangan Inspirasi ada dua orang, yaitu Mohammad Genta dari Eureka consultant dan Edwi S dari HRD Bentang Pustaka.


Yang pertama adalah Mas Edwi S. Menurutnya yang paling diperhatikan HRD saat pelamar kerja  adalah pelamar tersebut sesuai dengan kualifikasinya. Menurut mas Edwi, saat ini teknis penulisan CV tidak terlalu diperhatikan, misalnya dalam penggunaan font. Saat menjadi mahasiswa sebaiknya ikut berbagai organisasi yang sesuai minatmu, karena pengalaman dalam organisasi ini banyak diperlukan saat kamu berada di dunia kerja. Nah, perbedaan antara freshgraduate dengan yang sudah pengalaman adalah kecocokan dengan pekerjaannya, jika yang sudah berpengalaman tentu tidak memerlukan banyak latihan seperti halnya freshgraduate. Namun, biasanya para freshgraduate memiliki semangat yang lebih tinggi dengan ide-ide yang lebih fresh dan segar pula.

main tali temali



Setelah memaparkan sudut pandang HRD, Mas Edwi mengajak para peserta untuk sedikit ice breaking dengan tali yang sudah didapatkan peserta di sesi registrasi. Peserta diminta saling berpasangan dan saling melepaskan tali yang telah dikaitkan. Ada sepasang pemenang yang bisa melepaskan diri dan mendapatkan doorprize dari panitia.


Pembicara kedua adalah Mohammad Genta dari Eureka consultant, sebuah lembaga kolsuntan SDM. Menurut mas Genta, saat ini kebanyakan anak muda lebih memilih sektor swasta daripada PNS. Namun, saat melamar pekerjaan, alangkah baiknya mengetahui passion kita, alasan memilih pekerjaan tersebut. Ada tiga tahap yang perlu dipertimbangkan ketika melamar kerja , yakni: bidang yg kalian inginkan, industrinya, dan perusahaannya.
Mas Genta dari Eureka



Lalu bagaimana dengan orang yang belum menemukan passionnya? Mas Genta menyarankan untuk mencobanya, baik itu dari segi profesi, jenis industri, dan skala perusahaan. Dengan mencoba, lambat laun kita akan menemukan passion kita dalam pekerjaan.


Selain kedua pembicara utama, hadir pula HRD dari beberapa perusahaan di Yogyakarta, yaitu Gameloft, Kanisius, Mirota, Dagadu, SSC, dan CDC Fisipol UGM. Perwakilan HRD Gameloft juga sharing tentang perekrutan di Gameloft. Industri game sendiri masih sangat jarang di Indonesia. Oleh karena itu 95% orang-orang di Gameloft adalah freshgraduate, Gameloft lah yang melatih mereka. Fresh graduate punya 1001 kelemahan, tetapi mereka juga punya 1001 kelebihan – perwakilan Gameoft. Yang menarik adalah, suatu ketika Gameloft mengadakan perekrutan programmer di kampus. Tentu saja, kampus yang disasar adalah kampus yang mencetak banyak sarjana yang ahi di bidang pemrograman. Namun, ketika ditanya akan kerja apa setelah lulus? Kebanyakan dari mereka menjawab ingin bekerja di bank dan industri lainnya setelah lulus. Padahal sebagian besar peserta tadi adalah lulusan IT! Bisa dibayangkan enggak sih, sebenarnya bagaimana korelasi antara jurusan kuliah dengan passion kerja di kalangan mahasiswa sekarang ini?


Kemudian Mas David dari Kanisius juga sharing tentang freshgraduate. Menurutnya permasalahan freshgraduate yg paling penting saat ini adalah ketahanan kerja. Ada yang baru bekerja sebentar, lantas mengundurkan diri dengan alasan pekerjaannya terlalu berat.


Kemudian Mbak Dewi, perwakilan dari ECC UGM juga sharing. Masalah yang banyak dihadapi pelamar maupun perusahaan adalah banyak pelamar yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan. “Yang mendaftar banyak, tetapi perusahaan tidak dapat kandidat. Kan itu masalah,” kata Mbak Dewi. Hal lain yang perlu digaris bawahi adalah membangun komitmen sejak melamar pekerjaan. Jangan sampai saat diundang tes oleh perusahaan tidak datang tanpa konfirmasi lebih dulu. Karena bisa jadi kamu atau organisasi/kampus kalian di blacklist oleh perusahaan tertentu hanya karena kamu enggak datang interview. Nah, kalau sudah begitu enggak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga ke kampus dan adik-adik angkatan, kan?


Setelahnya ada sesi diskusi, banyak peserta yang ingin bertanya kepada para HRD tersebut. Salah satunya ada yang bertanya tentang perusahaan sekarang yang lebih sering mencari karyawan dengan sistem kontra. Mindset freshgraduate tentang kerja kontrak saat ini harus diubah, pikir dahulu bahwa setidaknya kita sudah mendapatkan kontrak kerja. Dari kontrak tersebut, tunjukkan ke HRD, agar bisa terpilih dan melanjutkan kerja di tempat tersebut.


Cost, costumer, competition adalah tiga hal yang harus diperhitungkan ketika memilih pekerjaan, kata Mas Genta. Saat interview, kamu harus mengenal dirimu lebih dulu, pelajari cara untuk mendapat kecocokan dengan HRD/user.


Sedangkan mas Edwi menyarankan untuk mempelajari perusahaan dan lingkup kerja di perusahaan yang akan kamu lamar.


Yup, demikian acara Wedangan Inspirasi hari Jumat lalu. Seru dan penuh saran-saran dari konsultan yang brilian! Belum lagi doorprize menarik dari Bentang Pustaka. Enggak sabar menantikan Wedangan Inspirasi bulan depan :)

20 Jan 2015

Tersapu "Gelombang" di Klub Baca Buku


Hari Sabtu kemarin Klub Baca Buku dan Bentang Pustaka mengadakan acara baca buku bareng di Mooi Kitchen Yogyakarta. Buku yang dibaca hari itu adalah Gelombang, karya Dee Lestari.

Meskipun sabtu siang memang kelihatan cerah bersinar, namun cuaca pada bulan ini agak sulit ditebak rupanya. Sore mendadak gelap dan turun hujan deras, untungnya sebelum asar hujan sudah reda.
Sampai di sana, saya ketemu sama Malika, Mas Gin dari Magelang, Mas Udin dan Mbak Lina, dan tentu saja Mas Fadlan ‘dedengkot’nya Mooi Kitchen. Kami menunggu beberapa saat, kemudian datang Grace, mahasiswi komunikasi UGM, penggemar buku-buku Dee.
Tepat pukul 16.00 WIB acara dimulai. Acara dibuka oleh Malika selaku host acara Klub Baca, dilanjutkan perkenalan masing-masing pengunjung. Tentu saja karena ini adalah sebuah klub, diharapkan para pembaca saling mengenal. Dan kebetulan saya adalah pembaca pertama, saya memilih halaman 33-38 untuk dibaca.
Halaman 33-38 mengisahkan Alfa kecil yang tinggal di Sianjur Mula-Mula. Ia memiliki hobi membaca Buku silat, Kho Ping Hoo. Oleh karena sulitnya mendapat akses buku bacaan, maka Alfa terpaksa membaca buku jilid 18 itu berlama-lama sebelum ia bisa nitip ke sepupunya untuk dibelikan jilid selanjutnya. Kira-kira sama dengan saya yang kadang suka ‘eman-eman’ baca buku terlalu cepet karena nanti bakalan cepet ilang pula sensasi deg-degan yang ditimbulkan, hehehe. Alesan karena baru baca sampai setengah :p
Kemudian bagian Ompu Togu Urat yang menanyakan cita-cita si Alfa. Dan nama Alfa sendiri adalah Thomas Alfa Edison.  Yup, penemu bola lampu pijar itu, yang sayangnya meleset sikit satu huruf. Alfa mengatakan kalau Bapaknya kepingin Alfa jadi insinyur, macam si Thomas Alva Edison. Bapak Kadesku di Pakpak Bharat dulu juga menamai anaknya dengan nama aktor Holywood terkenal, yaitu Jontra Folta. Ejaannya saja yang berbeda, tetapi pengucapannya hampir sama dengan John Travolta. Kemudian SekDes juga bernama presiden Amerika, yakni Abraham Lincoln, dengan marga Batak ;D Dari situ bisa dilihat, betapa orang Batak tidak tanggung-tanggung memberikan nama buat anaknya. Mungkin dari nama itulah orangtuanya berharap supaya kelak si anak nasibnya bakal sebaik nama-nama orang besar tersebut. 
Pembaca kedua adalah Grace, ia memilih membaca di bagian akhir, yaitu halaman 459-461. Bagian itu menceritakan perpisahan Alfa dan Nicky, dan bagaimana Nicky yang biasanya adalah sosok yang fun, ceria, gokil, ternyata bisa juga mengalami patah hati. Patah hati itulah yang membuatnya menjadi sosok yang sama sekali berbeda. Kata Grace sih, bagian ini berhasil bikin dia meneteskan air mata :”
Kemudian Mas Udin yang membaca 11-13. Bagian di mana Gio bertemu dengan orang asing yang mengetuk pintu rumahnya. Katanya sih, karena suka dengan konspirasi gitu, kalau tiba-tiba hal yang sama menimpa dirinya. Seorang asing yang tidak kamu kenal tiba-tiba mengetuk pintu rumahmu dan mengetahui semua hal tentangmu. Ngeri juga sih ya, kalau beneran ada begitu. Dan Mas Kelik yang membaca halaman lanjutannya hingga bab selesai. 
Mas Gin membaca halaman 133-135. Di mana Alfa berhadapan dengan Geng Meksiko di apartemen kumuhnya. Berasa nonton film The Raid, katanya. Ia senang dengan keberanian Alfa menghadapi pimpinan geng Meksiko tersebut. Di balik dirinya yang tidak punya kuasa apa-apa, Alfa mampu menyerang titik lemah lawan dengan kemampuannya di bidang lain. Mas Gin, sebagai pembaca Supernova yang udah baca sampai khatam dua kali menuturkan bahwa Gelombang  ini sepertinya dibuat agak terburu-buru. Sebab ia melihat ada sedikit kemiripan yang dipakai di metode menghadapi mimpi Alfa dengan yang ada di inception.
Dan ungkapan terburu-buru tersebut ditegaskan oleh Mbak Rani selaku asisten editor Gelombang. Berbeda dengan Partikel yang memakan waktu delapan tahun untuk riset, Gelombang hanya diberi waktu dua tahun. Beberapa pembaca merasa eksplorasi Dee untuk tokoh, misalnya Ishtar Summer, dan kejadiannya agak kurang. Namun bagiku pribadi, riset Dee untuk Gelombang ini udah keren ya, karena ia mampu memasukkan hal-hal remeh-temeh seputar kebiasaan orang Batak ke dalam bukunya, sehingga menghasilkan suasana khas Sianjur Mula-Mula di sana.
Lalu Galih membacakan halaman 151-152. Dalam bagian itu Alfa diajak Amangudanya untuk pergi ke gereja. Ia menolak karena ia bukan kristen, melainkan penganut Parmalim, yakni kepercayaan asli Batak. Galih mengatakan itu menjadi salah satu bagian favoritnya. Menurutnya sejauh apapun Alfa pergi, ternyata tradisi dari nenek moyangnya masih dijunjung tinggi, alias tidak melupakan asal-usul dirinya sebagai seorang Alfa dari Sianjur Mula-Mula.


Diskusi tentang bab-bab di buku ini berjalan cukup seru. Beberapa pembaca tidak puas dengan keberadaan Ishtar Summer yang digambarkan sebagai bintang jatuh, namun kemunculannya hanya satu kejapan saja. Mereka sebenarnya berharap kalau Ishtar ini adalah ‘Diva’ di buku Gelombang, namun nyatanya rasa penasaran tentang Ishtar harus bersabar hingga IEP diterbitkan :D
Kemudian salah seorang pembaca menanyakan tentang Madre Ayahuasca yang sempat muncul dalam Gelombang. Ayahuasca di sini disebutkan sebagai orang yang harus ditemui Gio untuk ditanyai arti simbol pada batu-batu yang dibawanya. Ayahuasca sendiri adalah sebuah ramuan yang berasal dari Peru, dan itu lega karena digolongkan sebagai ramuan tradisional. Katanya sih, ramuan itu bisa membuat inspirasimu mengalir terus-menerus. Makanya, masih gosip lagi, beberapa penulis memakainya. Namun untuk meminumnya dibutuhkan bantuan seorang shaman yang berpengalaman. Mungkin bagi yang udah membaca Partikel agak teringat dengan bab yang menceritakan di mana Zarah yang memakan jamur dan dengan bantuan seorang shaman, ia memasuki wilayah bawah sadarnya. Mungkin seperti itu sih yang dimaksud. Namun di Gelombang ini Dee, menuliskan Ayahuasca sebagai orang yang harus ditemui Gio. Well, Ayahuasca yang seperti apa? Mungkin kita bisa menemukan jawabannya dalam buku ke-6 IEP yang sudah ditunggu-tunggu.

16 Jan 2015

MEDICAL CHECK UP di Rumah Sakit JOGJA


Huwaaa, setelah sekian lama blog ini penuh sarang laba-laba, akhirnya ada juga posting baru di sini.
Seminggu lalu saya melakukan medical check-up atau biasa disingkat medcek sebagai prasyarat kerja. Karena harus yang resmi pemerintah, tadinya saya mau ke puskesmas aja, yang Cuma tensi, berat, tinggi badan, terus diperiksa-periksa bentar sama dokternya, jadi deh. Cukup bayar 5000 untuk surat keterangan dokter tersebut. Namun prasyarat lainnya adalah surat keterangan bebas NAPZA dan kesehatan jiwa, jadi mau tidak mau harus ke rumah sakit nih.
Maka berangkatlah saya ke Rumah Sakit Jogja, kalau dulu disebutnya RSUD Wirosaban. Tentu saja karena faktor jarak, sebagai RS pemerintah yang paling dekat dengan rumah. 
Setelah memarkirkan sepeda motor, saya ambil no.antrean di lobby, dekat dengan informasi. Untuk yang belum pernah ke RS tersebut, disuruh mengisi data diri ke dalam formulir yang udah disediakan di bagian informasi. Kemudian tunggulah antrean di loket 1-5. Setelah itu nomor dipanggil dan menyerahkan formulir berikut keperluannya (untuk medcek). Saya disuruh bayar 87000 ke kasir dengan penjelasan: 43500 untuk konsul dokter jiwa dan tes kejiwaan, yang 43500 lainnya untuk konsul dokter umum dan tes kesehatan umum. Wah, saya pikir murah banget ini, kalau di klinik kan bisa nyampe 500an ribu. Setelah bayar di kasir, saya disuruh ke lantai 2 tempat untuk medcek.
Antrean hari itu lumayan penuh, banyak di antara mereka yang keterima CPNS kota yang deadline pemberkasannya juga deket-deket hari itu. saya menyerahkan berkas dan menunggu dipanggil. Setelah itu diperiksa tensi dan disuruh untuk ke bagian kejiwaan, laboratorium, radiologi, dan cek jantung. Nah, ini sih kelemahan RS pemerintah dibandingkan klinik swasta. Saya harus ribet bolak-balik ke ruangan-ruangan tersebut yang lumayan berjauhan. Kalau di klinik, meskipun ruangannya sendiri-sendiri tetapi saya pikir enggak seribet ini ya (secara saya belum pernah medcek di klinik, modal dikasih tahu saja).
Di bagian kejiwaan, cuma disuruh ngisi semacam kuisioner aja ternyata. Dan kemudian dibuatkan surat keterangan sehat secara kejiwaan.
Di laboratorium saya disuruh periksa urin dan darah untuk cek NAPZA dan darah (kayak kadar Hb dll). Dan ternyata disuruh bayar lagi! hahaha, enggak jadi murah deh :p jadi beli strip untuk cek NAPZA 43000. Kemudian biaya cek darah 91000. Setelah itu ke bagian radiologi, rontgen bagian dada, dan bayar lagi 53000. Kemudian yang terakhir ke bagian jantung, namanya cek EKG, ini enggak bayar karena udah termasuk tes kesehatan yang dibayarkan di awal. Dan hasilnya langsung jadi.
Hasil rontgen dan cek NAPZA/darah langsung jadi siang hari, jam 12an gitu. Setelah diambil semua kita disuruh mengumpulkan semua hasilnya dan naik lagi ke lantai 2 untuk dibikinkan surat keterangan sehat oleh dokter. Nah, ini antre lumayan lama, karena dijelaskan oleh dokternya tentang hasil lab kita. Setelah saya dipanggil ditanya untuk kepentingan apa dan dijelaskan hasil labnya, ini begini, begitu. Baru deh dibuatkan surat keterangan sehat dan dicap di tempat Bapak yang tensi.
Kemudian saya tanya ke teman-teman yang medcek di RS pemerintah yang lain, ternyata RSUD Jogja bisa dibilang murah banget lho, untuk medcek lengkap seperti itu. soalnya di RS lain habis sampai 250 hanya untuk NAPZA dan kejiwaan saja. Cek kesehatannya Cuma tensi dan BB/TB, tanpa cek darah, jantung dan juga rontgen. Enggak jadi mengeluh-ngeluh deh saya kehilangan 250an ribu hari itu karena ternyata lumayan paket hemat juga :)
Akan tetapi namanya juga paket hemat, kita harus rela antre lama dan ribet bolak-balik pindah ke ruangan ini dan itu. namun begitu secara keseluruhan ditinjau dari segi harga, kecepatan hasil, dan pelayanannya medcek di Rumah Sakit Jogja lumayan memuaskan.

4 Agu 2014

menghargai setiap profesi

Halohai, sapaan setelah lebaran ini. Kemarin lagi iseng nonton sinetron favorit emak, sinetron abege yang tayang stripping tiap malem di s*tv. Ceritanya si tokoh utama keluarganya lagi bangkrut lalu kerja jadi pembantu rumah tangga di rumah pacarnya. Terus ketahuan sama cewek jahat yang sirik sama dia, lalu dijadiin bulan-bulanan di kampus. Si cewek jahat bilang kalau profesi pembantu rumah tangga itu sama aja kayak babu, profesi hina dina. Fyuh. Mungkin di dunia nyata ada juga ya orang kayak gitu, ngerasa udah banyak duit, lantas merasa pekerjaan tertentu yang menghasilkan duit di bawah dia itu pekerjaan yang bukan apa-apa. misalnya pembantu rumah tangga, petugas kebersihan, atau pelayan restoran/toko yang pekerjaannya dipandang sebelah mata. Padahal di jaman modern ini, sebenarnya udah enggak ada lagi gitu ya, istilah babu dan majikan. Di jaman modern semua profesi punya peran yang sama, yang ada hanyalah hubungan timbal balik alias simbiosis mutualisme. Enggak ada istilahnya pembantu rumah tangga harus tunduk sama majikan. Karena pembantu rumah tangga menyediakan jasa, dan majikan adalah konsumen yang menggunakan jasa itu. jadi misalnya ada orang butuh tenaga buat berberes rumah, nyapu, cuci piring dll. lalu ada yang bersedia memenuhi pekerjaan tersebut kemudian mereka deal. Misalnya ada yang kurang beres, konsumen atau majikan boleh saja protes dan kemudian penyedia jasa, alias pembantu memperbaiki kesalahannya. Tetapi enggak lantas si majikan teriak-teriak, menghina dan merasa dirinya lebih bermartabat daripada pembantunya. Sudah selayaknya tiap orang saling menghargai sesamanya. Semua profesi itu sederajat, enggak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, karena semua dikerjakan dengan penuh dedikasi terhadap pekerjaannya. Hari gini merasa sudah tinggi hanya karena profesi? Cek dulu attitudemu. Karena terkadang kita sering enggak sadar dan menilai diri terlalu tinggi.

9 Mei 2014

sepotong senja dari pakpak bharat *)


adalah sepotong foto yang kukirimkan padamu beberapa waktu yang lalu.
senja berwarna ungu dengan semburat oranye kemerahan, seakan-akan sang khalik sedang ingin melukis langit, menumpahkan segenggam cat merah ungunya untuk menjadikan warna langit sore itu menjadi begitu menakjubkan.
sore itu istimewa, pun senja yang menghiasinya. mungkin sebab itu, kukirimkan sepotong senja itu padamu, senja berbayang-bayang pohon kelapa di belakang pondokanku. mungkin sejak saat itu, mungkin sebelumnya, mungkin sesudahnya, mungkin entah kapan, tiba-tiba saja kamu pun menjadi teramat istimewa buatku.

*) judul cerpen Seno Gumiro A. "Sepotong Senja untuk Pacarku"

23 Des 2013

bahagia dalam kesederhanaan



hari Selasa tgl lapan, aku dan kak eci mengunjungi Desa Mahala bersama Kak Juliana. Desa Mahala adalah desa terjauh di kecamatan Tinada. desa paling pelosok di daerah yang sudah pelosok kalo aku yang disuruh bilang. kami bonceng tiga tanpa helm di kepala dengan jalanan menikung naik dan turun. melewati ladang, kebun, jembatan, hingga batas kecamatan. jangankan indomar*t, warung kelontong pun tidak kami temui di desa itu.
kami berhenti di depan rumah papan mungil yang ditinggali oleh Pak Sahdin Solin dan keluarganya. kehangatan keluarga itu menyambut kedatangan Kak Juli (dan semoga juga kami). ada Pak Solin, Bu Solin, anak-anaknya, menantunya, cucu-cucunya yg msh balita, Kak Juli, saya dan Kak Eci. kami berbincang agak lama ditemani kopi Pakpak yg menghangat. meskipun masih roaming dengan bahasa setempat, saya ikutan senyum dan ketawa saja tanpa mengerti artinya. mungkin benar apa yg pernah Kak Juli katakan di perjalanan tadi, kita tidak bisa membuat penilaian tentang seseorang dari pnampilan atau tempat tinggalnya saja. rumah papan mungil berbatasan dgn jurang dan lereng perbukitan yg curam. toh, rezeki memang sudah ada yang mengatur, toh rezeki memang punya tempat yg luas bagi mereka yg mau berusaha. dengan kesederhanaan beliau, Pak Solin memiliki 8 hektar ladang gambir produktif. nyatanya kebahagiaan tidak bisa diukur hanya dgn rumah besar dan akses terhadap kebutuhan yang demikian mudah.
mungkin bagi Pak Solin, seperti sebagian besar penduduk di sini, di Mahala, bahwa kesederhanaan adalah cara paling simpel untuk berbahagia. 

rumah papan yang banyak ditemui di sana
Fyi, kak Juli adalah penyuluh Balai Pertanian kecamatan

22 Des 2013

doorprize dan takdir tuhan


hari jumat tanggal empat kami diundang Pak M***k dari kasi pemuda daerah setempat, untuk ikut senam pagi bersama dan upacara peringatan HAORNAS. kami sudah berharap dapat tivi, atau paling tidak magic com. namun ternyata, di antara 10 anak PSP3 yg ikut, cuma Ani yg dapat doorprize, sesuai doaku, dia dpt payung. karena bulan ini sudah masuk musim hujan dan tak seorang pun dari kami yg memiliki payung. tapi doaku yg lain, supaya dapat tivi tabung 21" belum bisa dikabulkan. kupikir tuhan selalu tahu, apa yg benar-benar dibutuhkan oleh hambanya. 
mungkin saat ini kami memang tidak begitu membutuhkan tivi.
*hari-hari tanpa tivi di pelosok sumatera bagian utara

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...