Hari Sabtu kemarin Klub Baca Buku dan Bentang Pustaka mengadakan acara baca
buku bareng di Mooi Kitchen Yogyakarta. Buku yang dibaca hari itu adalah
Gelombang, karya Dee Lestari.
Meskipun sabtu siang memang kelihatan cerah bersinar, namun cuaca pada
bulan ini agak sulit ditebak rupanya. Sore mendadak gelap dan turun hujan
deras, untungnya sebelum asar hujan sudah reda.
Sampai di sana, saya ketemu sama Malika, Mas Gin dari Magelang, Mas Udin
dan Mbak Lina, dan tentu saja Mas Fadlan ‘dedengkot’nya Mooi Kitchen. Kami
menunggu beberapa saat, kemudian datang Grace, mahasiswi komunikasi UGM,
penggemar buku-buku Dee.
Tepat pukul 16.00 WIB acara dimulai. Acara dibuka oleh Malika selaku host acara Klub Baca, dilanjutkan
perkenalan masing-masing pengunjung. Tentu saja karena ini adalah sebuah klub,
diharapkan para pembaca saling mengenal. Dan kebetulan saya adalah pembaca
pertama, saya memilih halaman 33-38 untuk dibaca.
Halaman 33-38 mengisahkan Alfa kecil yang tinggal di Sianjur Mula-Mula. Ia
memiliki hobi membaca Buku silat, Kho Ping Hoo. Oleh karena sulitnya mendapat
akses buku bacaan, maka Alfa terpaksa membaca buku jilid 18 itu berlama-lama
sebelum ia bisa nitip ke sepupunya untuk dibelikan jilid selanjutnya. Kira-kira
sama dengan saya yang kadang suka ‘eman-eman’ baca buku terlalu cepet karena
nanti bakalan cepet ilang pula sensasi deg-degan yang ditimbulkan, hehehe.
Alesan karena baru baca sampai setengah :p
Kemudian bagian Ompu Togu Urat yang menanyakan cita-cita si Alfa. Dan nama
Alfa sendiri adalah Thomas Alfa Edison.
Yup, penemu bola lampu pijar itu, yang sayangnya meleset sikit satu huruf. Alfa mengatakan kalau
Bapaknya kepingin Alfa jadi insinyur, macam si Thomas Alva Edison. Bapak
Kadesku di Pakpak Bharat dulu juga menamai anaknya dengan nama aktor Holywood
terkenal, yaitu Jontra Folta. Ejaannya saja yang berbeda, tetapi pengucapannya
hampir sama dengan John Travolta. Kemudian SekDes juga bernama presiden
Amerika, yakni Abraham Lincoln, dengan marga Batak ;D Dari situ bisa dilihat,
betapa orang Batak tidak tanggung-tanggung memberikan nama buat anaknya.
Mungkin dari nama itulah orangtuanya berharap supaya kelak si anak nasibnya
bakal sebaik nama-nama orang besar tersebut.
Pembaca kedua adalah Grace, ia memilih membaca di bagian akhir, yaitu
halaman 459-461. Bagian itu menceritakan perpisahan Alfa dan Nicky, dan
bagaimana Nicky yang biasanya adalah sosok yang fun, ceria, gokil, ternyata
bisa juga mengalami patah hati. Patah hati itulah yang membuatnya menjadi sosok
yang sama sekali berbeda. Kata Grace sih, bagian ini berhasil bikin dia
meneteskan air mata :”
Kemudian Mas Udin yang membaca 11-13. Bagian di mana Gio bertemu dengan
orang asing yang mengetuk pintu rumahnya. Katanya sih, karena suka dengan
konspirasi gitu, kalau tiba-tiba hal yang sama menimpa dirinya. Seorang asing
yang tidak kamu kenal tiba-tiba mengetuk pintu rumahmu dan mengetahui semua hal
tentangmu. Ngeri juga sih ya, kalau beneran ada begitu. Dan Mas Kelik yang membaca
halaman lanjutannya hingga bab selesai.
Mas Gin membaca halaman 133-135. Di mana Alfa berhadapan dengan Geng
Meksiko di apartemen kumuhnya. Berasa nonton film The Raid, katanya. Ia senang
dengan keberanian Alfa menghadapi pimpinan geng Meksiko tersebut. Di balik
dirinya yang tidak punya kuasa apa-apa, Alfa mampu menyerang titik lemah lawan
dengan kemampuannya di bidang lain. Mas Gin, sebagai pembaca Supernova yang
udah baca sampai khatam dua kali menuturkan bahwa Gelombang ini sepertinya dibuat agak terburu-buru.
Sebab ia melihat ada sedikit kemiripan yang dipakai di metode menghadapi mimpi
Alfa dengan yang ada di inception.
Dan ungkapan terburu-buru tersebut ditegaskan oleh Mbak Rani selaku asisten
editor Gelombang. Berbeda dengan Partikel yang memakan waktu delapan tahun untuk
riset, Gelombang hanya diberi waktu dua tahun. Beberapa pembaca merasa
eksplorasi Dee untuk tokoh, misalnya Ishtar Summer, dan kejadiannya agak
kurang. Namun bagiku pribadi, riset Dee untuk Gelombang ini udah keren ya,
karena ia mampu memasukkan hal-hal remeh-temeh seputar kebiasaan orang Batak ke
dalam bukunya, sehingga menghasilkan suasana khas Sianjur Mula-Mula di sana.
Lalu Galih membacakan halaman 151-152. Dalam bagian itu Alfa diajak
Amangudanya untuk pergi ke gereja. Ia menolak karena ia bukan kristen,
melainkan penganut Parmalim, yakni kepercayaan asli Batak. Galih mengatakan itu
menjadi salah satu bagian favoritnya. Menurutnya sejauh apapun Alfa pergi,
ternyata tradisi dari nenek moyangnya masih dijunjung tinggi, alias tidak
melupakan asal-usul dirinya sebagai seorang Alfa dari Sianjur Mula-Mula.
Diskusi tentang bab-bab di buku ini berjalan cukup seru. Beberapa pembaca
tidak puas dengan keberadaan Ishtar Summer yang digambarkan sebagai bintang
jatuh, namun kemunculannya hanya satu kejapan saja. Mereka sebenarnya berharap
kalau Ishtar ini adalah ‘Diva’ di buku Gelombang, namun nyatanya rasa penasaran
tentang Ishtar harus bersabar hingga IEP diterbitkan :D
Kemudian salah seorang pembaca menanyakan tentang Madre Ayahuasca yang
sempat muncul dalam Gelombang. Ayahuasca di sini disebutkan sebagai orang yang
harus ditemui Gio untuk ditanyai arti simbol pada batu-batu yang dibawanya.
Ayahuasca sendiri adalah sebuah ramuan yang berasal dari Peru,
dan itu lega karena digolongkan sebagai ramuan tradisional. Katanya sih, ramuan
itu bisa membuat inspirasimu mengalir terus-menerus. Makanya, masih gosip lagi,
beberapa penulis memakainya. Namun untuk meminumnya dibutuhkan bantuan seorang
shaman yang berpengalaman. Mungkin bagi yang udah membaca Partikel agak
teringat dengan bab yang menceritakan di mana Zarah yang memakan jamur dan
dengan bantuan seorang shaman, ia memasuki wilayah bawah sadarnya. Mungkin
seperti itu sih yang dimaksud. Namun di Gelombang ini Dee, menuliskan Ayahuasca
sebagai orang yang harus ditemui Gio. Well, Ayahuasca yang seperti apa? Mungkin
kita bisa menemukan jawabannya dalam buku ke-6 IEP yang sudah ditunggu-tunggu.