Tampilkan postingan dengan label book. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label book. Tampilkan semua postingan

20 Jan 2015

Tersapu "Gelombang" di Klub Baca Buku


Hari Sabtu kemarin Klub Baca Buku dan Bentang Pustaka mengadakan acara baca buku bareng di Mooi Kitchen Yogyakarta. Buku yang dibaca hari itu adalah Gelombang, karya Dee Lestari.

Meskipun sabtu siang memang kelihatan cerah bersinar, namun cuaca pada bulan ini agak sulit ditebak rupanya. Sore mendadak gelap dan turun hujan deras, untungnya sebelum asar hujan sudah reda.
Sampai di sana, saya ketemu sama Malika, Mas Gin dari Magelang, Mas Udin dan Mbak Lina, dan tentu saja Mas Fadlan ‘dedengkot’nya Mooi Kitchen. Kami menunggu beberapa saat, kemudian datang Grace, mahasiswi komunikasi UGM, penggemar buku-buku Dee.
Tepat pukul 16.00 WIB acara dimulai. Acara dibuka oleh Malika selaku host acara Klub Baca, dilanjutkan perkenalan masing-masing pengunjung. Tentu saja karena ini adalah sebuah klub, diharapkan para pembaca saling mengenal. Dan kebetulan saya adalah pembaca pertama, saya memilih halaman 33-38 untuk dibaca.
Halaman 33-38 mengisahkan Alfa kecil yang tinggal di Sianjur Mula-Mula. Ia memiliki hobi membaca Buku silat, Kho Ping Hoo. Oleh karena sulitnya mendapat akses buku bacaan, maka Alfa terpaksa membaca buku jilid 18 itu berlama-lama sebelum ia bisa nitip ke sepupunya untuk dibelikan jilid selanjutnya. Kira-kira sama dengan saya yang kadang suka ‘eman-eman’ baca buku terlalu cepet karena nanti bakalan cepet ilang pula sensasi deg-degan yang ditimbulkan, hehehe. Alesan karena baru baca sampai setengah :p
Kemudian bagian Ompu Togu Urat yang menanyakan cita-cita si Alfa. Dan nama Alfa sendiri adalah Thomas Alfa Edison.  Yup, penemu bola lampu pijar itu, yang sayangnya meleset sikit satu huruf. Alfa mengatakan kalau Bapaknya kepingin Alfa jadi insinyur, macam si Thomas Alva Edison. Bapak Kadesku di Pakpak Bharat dulu juga menamai anaknya dengan nama aktor Holywood terkenal, yaitu Jontra Folta. Ejaannya saja yang berbeda, tetapi pengucapannya hampir sama dengan John Travolta. Kemudian SekDes juga bernama presiden Amerika, yakni Abraham Lincoln, dengan marga Batak ;D Dari situ bisa dilihat, betapa orang Batak tidak tanggung-tanggung memberikan nama buat anaknya. Mungkin dari nama itulah orangtuanya berharap supaya kelak si anak nasibnya bakal sebaik nama-nama orang besar tersebut. 
Pembaca kedua adalah Grace, ia memilih membaca di bagian akhir, yaitu halaman 459-461. Bagian itu menceritakan perpisahan Alfa dan Nicky, dan bagaimana Nicky yang biasanya adalah sosok yang fun, ceria, gokil, ternyata bisa juga mengalami patah hati. Patah hati itulah yang membuatnya menjadi sosok yang sama sekali berbeda. Kata Grace sih, bagian ini berhasil bikin dia meneteskan air mata :”
Kemudian Mas Udin yang membaca 11-13. Bagian di mana Gio bertemu dengan orang asing yang mengetuk pintu rumahnya. Katanya sih, karena suka dengan konspirasi gitu, kalau tiba-tiba hal yang sama menimpa dirinya. Seorang asing yang tidak kamu kenal tiba-tiba mengetuk pintu rumahmu dan mengetahui semua hal tentangmu. Ngeri juga sih ya, kalau beneran ada begitu. Dan Mas Kelik yang membaca halaman lanjutannya hingga bab selesai. 
Mas Gin membaca halaman 133-135. Di mana Alfa berhadapan dengan Geng Meksiko di apartemen kumuhnya. Berasa nonton film The Raid, katanya. Ia senang dengan keberanian Alfa menghadapi pimpinan geng Meksiko tersebut. Di balik dirinya yang tidak punya kuasa apa-apa, Alfa mampu menyerang titik lemah lawan dengan kemampuannya di bidang lain. Mas Gin, sebagai pembaca Supernova yang udah baca sampai khatam dua kali menuturkan bahwa Gelombang  ini sepertinya dibuat agak terburu-buru. Sebab ia melihat ada sedikit kemiripan yang dipakai di metode menghadapi mimpi Alfa dengan yang ada di inception.
Dan ungkapan terburu-buru tersebut ditegaskan oleh Mbak Rani selaku asisten editor Gelombang. Berbeda dengan Partikel yang memakan waktu delapan tahun untuk riset, Gelombang hanya diberi waktu dua tahun. Beberapa pembaca merasa eksplorasi Dee untuk tokoh, misalnya Ishtar Summer, dan kejadiannya agak kurang. Namun bagiku pribadi, riset Dee untuk Gelombang ini udah keren ya, karena ia mampu memasukkan hal-hal remeh-temeh seputar kebiasaan orang Batak ke dalam bukunya, sehingga menghasilkan suasana khas Sianjur Mula-Mula di sana.
Lalu Galih membacakan halaman 151-152. Dalam bagian itu Alfa diajak Amangudanya untuk pergi ke gereja. Ia menolak karena ia bukan kristen, melainkan penganut Parmalim, yakni kepercayaan asli Batak. Galih mengatakan itu menjadi salah satu bagian favoritnya. Menurutnya sejauh apapun Alfa pergi, ternyata tradisi dari nenek moyangnya masih dijunjung tinggi, alias tidak melupakan asal-usul dirinya sebagai seorang Alfa dari Sianjur Mula-Mula.


Diskusi tentang bab-bab di buku ini berjalan cukup seru. Beberapa pembaca tidak puas dengan keberadaan Ishtar Summer yang digambarkan sebagai bintang jatuh, namun kemunculannya hanya satu kejapan saja. Mereka sebenarnya berharap kalau Ishtar ini adalah ‘Diva’ di buku Gelombang, namun nyatanya rasa penasaran tentang Ishtar harus bersabar hingga IEP diterbitkan :D
Kemudian salah seorang pembaca menanyakan tentang Madre Ayahuasca yang sempat muncul dalam Gelombang. Ayahuasca di sini disebutkan sebagai orang yang harus ditemui Gio untuk ditanyai arti simbol pada batu-batu yang dibawanya. Ayahuasca sendiri adalah sebuah ramuan yang berasal dari Peru, dan itu lega karena digolongkan sebagai ramuan tradisional. Katanya sih, ramuan itu bisa membuat inspirasimu mengalir terus-menerus. Makanya, masih gosip lagi, beberapa penulis memakainya. Namun untuk meminumnya dibutuhkan bantuan seorang shaman yang berpengalaman. Mungkin bagi yang udah membaca Partikel agak teringat dengan bab yang menceritakan di mana Zarah yang memakan jamur dan dengan bantuan seorang shaman, ia memasuki wilayah bawah sadarnya. Mungkin seperti itu sih yang dimaksud. Namun di Gelombang ini Dee, menuliskan Ayahuasca sebagai orang yang harus ditemui Gio. Well, Ayahuasca yang seperti apa? Mungkin kita bisa menemukan jawabannya dalam buku ke-6 IEP yang sudah ditunggu-tunggu.

7 Mar 2013

Belajar Bercerita

halo pembaca! kali ini saya mau posting hal yang enggak absurd kok, yah meskipun kebanyakan postingan saya yg ga absurd pun masih kental keabsurdannya sih -_-"
langsung saja deh. jadi saat ini saya mengikuti kelas menulis fiksi yang diadakan oleh penerbit Bentang Pustaka dan Plot Point yang bertajuk Akademi Bercerita. di sana kami diberikan pengarahan tentang bagaimana menulis fiksi yang baik dan memiliki nilai komersil, supaya banyak disukai pembaca.
kelas yang baru berjalan seminggu ini sangat menyenangkan buat saya. saya bertemu dengan sembilan orang teman baru yang memiliki keinginan sama untuk menjadi penulis. sepuluh orang peserta memiliki gaya tulisan yang berbeda dan materi tulisan yang sangat beragam. selain itu kami diberi banyak pengarahan oleh mentor-mentor yang keren. dan tidak lupa kru bentang pustaka yang juga tidak kalah kerennya, seperti pak kepsek (mas udin), mas imam-editor keren, mbak oki-notulen, dan mbak diaz.
materi penulisan akan saya upload di postingan selanjutnya! :D

sesi diskusi naskah, foto diambil dari twitternya bentang

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...