Tampilkan postingan dengan label yeah life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label yeah life. Tampilkan semua postingan

7 Mar 2021

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae)

FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah berbentuk bulat, terasa kenyal, dan bisa bergeser. Keberadaan FAM terkadang dapat dikenali dengan SADARI (periksa payudara sendiri) namun tidak jarang pula tidak teraba karena ukurannya yang kecil. 

Awal bulan lalu, saat melakukan Medical Check Up rutin dari kantor, saya baru menyadari adanya FAM di tubuh saya. Kebetulan dokter yang melakukan pemeriksaan ini perempuan, sehingga saya mencentang opsi untuk cek fisik payudara. Dan ternyata dokter menemukan benjolan di payudara kanan saya, kemungkinan ukuran diameternya 2,5 cm. Saya agak kaget karena memang tidak merasakan apa-apa, terasa nyeri atau sakit banget juga tidak. Mungkin hanya saat PMS saja jadi lebih sensitif, tetapi saya pikir hal itu lumrah terjadi. Kemudian dokter menunjukkan cara SADARI yang tepat, sehingga saya bisa merasakan sendiri benjolan yang dimaksud.

gambar dari pitapink-ykpi.or.id


Periksa awal dengan BPJS

Setelah hasil Medical Check Up dikirimkan, saya pun berdiskusi dengan suami, apakah akan menindaklanjuti pemeriksaan FAM ini. Akhirnya saya mencoba menggunakan fasilitas BPJS untuk konsultasi dengan dokter bedah. Awalnya  saya periksa ke fakes 1 dengan membawa hasil MCU dan meminta rujukan ke dokter spesialis bedah. Saat ini rujukan BPJS  sudah sesuai tanggal, jadi di pendaftaran kita memilih tanggal berapa kemudian sudah ada pilihan rumah sakit tipe D dan C yang tersedia. Saya pun memilih ke RS terdekat yaitu RSUD Johar Baru.

Saya datang ke rumah sakit sesuai dengan jadwal rujukan yang diberikan, sebelumnya saya telepon dulu untuk tahu persyaratan yang harus dibawa (FC KTP, BPJS, dan surat rujukan) dan jam praktek dokternya. beruntung hari itu rumah sakit sepi dan saya jadi pasien pertama saat datang pukul 8 pagi. Pemeriksaan yang dilakukan dokter bedah saat itu pemeriksaan fisik juga, dan dokter meminta saya untuk melakukan USG mammae supaya bisa dilihat secara keseluruhan. Sayangnya di RSUD Johar Baru belum ada dokter radiologi yang bisa mengoperasikan alat USG sehingga untuk pemeriksaan USG dirujuk lagi ke RS MMA Menteng.

Keesokan harinya saya ke RS MMA dan ketemu dokter bedah yang sama untuk dibuatkan surat pengantar USG dan dijadwalkan 5 hari ke depan. Karena dokter radiologi yang ada di RS MMA adalah dokter laki-laki, saya agak merasa canggung. Akhirnya saya mencari info untuk USG Mammae yang bisa dilakukan oleh dokter wanita dan ada di RS Evasari, biayanya 900 ribu termasuk konsultasi doketr radiologi. Biaya USG di tempat lain tidak bisa ditanggung BPJS karena atas kemauan pasien sendiri.

Saya berdiskusi dengan suami dan kami mencari RS yang terdekat dengan tempat tinggal supaya suami lebih mudah untuk bolak-balik ke tempat tinggal juga untuk mengurus anak kami yang masih balita. Akhirnya kami memutuskan tidak menggunakan rujukan BPJS dengan alasan lebih fleksibel dalam memilih RS dan dokter. Pilihan dokter bedah onko terdekat ada di RS Carolus, dengan dr. Erwin.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan hasil USG mammae, di situ disebutkan bahwa ada dua benjolan yang berdekatan di payudara kanan saya. Karena cukup besar (sekitar 1-2,5 cm) maka hanya bisa dihilangkan dengan operasi, terlebih dengan adanya faktor risiko, sehingga setelah operasi bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis tumornya apakah ganas/jinak/kanker.

Penjadwalan Operasi

Saya pun dijadwalkan operasi dalam waktu seminggu setelah melakukan swab tes dan cek darah. Untuk foto rontgen bisa menggunakan hasil MCU karena masih dalam kurun waktu 1 bulan sejak rontgen terakhir.  Alhamdulillah hasil swab negatif, dan hasil cek lab siap untuk dilakukan operasi.

menginap semalam sebelum operasi

Operasi dijadwalkan pada Senin pagi, Rumah Sakit menelepon saya untuk masuk ke ruang rawat inap pada Ahad sore. Saya membawa pakaian untuk 3 hari, cemilan, ponsel dan buku untuk hiburan, tidak lupa membawa masker secukupnya untuk dipakai sehari-hari. Karena masih masa pandemi, pasien hanya diizinkan ditemani 1 orang pendamping dan tidak diperkenankan ada yang menjenguk. Suami hanya menemani sampai jam 9 malam saja dan datang lagi keesokan harinya sebelum operasi. Jadilah semalam saya sendirian aja. 

Pagi harinya saya tanya ke suster mengenai jadwal operasi, jadinya jam berapa. Ternyata operasi saya mundur di jam 13.00. Jadinya pagi saya masih santai-santai nonton TV, baca buku, minta jajain makanan ke suami. Setelah sholat dhuhur, saya disuruh suster untuk bersiap-siap ganti baju rumah sakit warna hijau, juga disiapkan kursi roda untuk anter saya ke ruang operasi.
Ruang operasi ada di lantai 4 atau 5 kalau tidak salah, di sana ada ruangan khusus untuk penunggu pasien, jadi suami cuma diperbolehkan sampai situ aja sementara saya masih lurus ke ruang operasi. Di ruang pra operasi sudah ada perawat yang menunggu dan menemani saya ganti baju operasi yang warna putih, ganti masker dan penutup kepala. Setelah itu saya disuruh berbaring, diukur tensi, disuntik infus dan ditanyain tentang lokasi benjolan lalu suster membuat tanda di lokasi tersebut pake spidol atau bolpen gitu, agak lupa dikit. 

Ketika dokter udah datang baru saya dipindahkan ke ruang operasi. Ini kali pertama saya masuk ruang operasi, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan yang serba putih dan silau, ruang operasi tersebut lebih sederhana, saya tidak ingat warna ruangannya apa. Meskipun deg-degan banget rasanya, saya cuma berdoa aja komat-kamit. Saya langsung ditempatkan di bawah lampu besar yang cukup silau, lalu dokter Erwin datang dan menanyai saya sebentar, kemudian disusul dokter anastesi tapi dokternya beda dengan dokter yang saya temui sebelum operasi. Saya tanya tentang durasi waktu operasi (kira-kira satu jam), efek samping biusnya bagaimana? (pusing, mual, muntah). Lalu karena kedinginan saya minta tambahan selimut. 

Setelah menambahkan bius di infus saya, dokternya bilang, "Selamat tidur ya,". 
"Apa dok?" saya enggak ngeh. Setelah itu dokternya pergi dan saya tidak ingat apa-apa lagi.

Saya kebangun dan langsung sadar kalau sudah dioperasi, wah cepet juga ya, pikir saya saat itu. Yang saya rasain saat itu cuma agak pusing dan disuruh tiduran.
kemudian dokter datang dan memperlihatkan tumor yang berhasil di ambil dari tubuh saya, ternyata ada 2 tumor berdempetan dan 1 kista kecil. tumor tersebut sudah ditaruh di dalam wadah dan akan dianalisa di laboratorium untuk mengetahui tingkat keganasannya.
Setelah operasi saya masih dipantau post-operasi di ruangan selama 1 jam. Kemudian dibawa lagi ke bangsal, masih tidak diperbolehkan bangun, lagian saya juga masih ngantuk banget.
Setelah operasi sampai malam harinya saya cuma kebangun untuk sholat aja, sekitar jam 8 malam kerasa mual yang akhirnya muntah. Saya masih puasa karena kata perawatnya selama masih kerasa mual jangan makan dan minum dulu.

Keesokan harinya badan baru kerasa enakan, meskipun masih pusing yang  berputar-putar gitu, tapi udah mulai duduk. Saya pulang sore harinya, atau H+1 operasi. Untuk bekas jahitan tidak terasa nyeri apapun dan masih diperban hingga 1 minggu tidak kena air.
Setelah kontrol ke-2 saya baru dapat hasil analisa lab, yang alhamdulillah masih diberikan tumor jinak. Tumbuhnya FAM tersebut kata dokter sangat dipengaruhi oleh hormon, untuk pencegahannya adalah dengan bergaya hidup sehat, dan untuk makanannya tidak ada pantangan apa pun.

Sekian cerita saya tentang operasi FAM. Awalnya memang menakutkan tetapi saya merasa lebih baik setelah operasi ini sehingga tidak lagi khawatir dan bertanya-tanya yang berujung pada informasi yang menyesatkan.
Saya juga jadi lebih aware dengan asupan makanan dan olahraga, dan juga SADARI secara rutin.

29 Jan 2015

Wedangan Inspirasi: Bekal Freshgraduate Menghadapi Tantangan Melamar Kerja



Halo semuanya! :D


Hari Jumat lalu, yaitu tanggal 23 Januari saya ikut acara keren Bentang Pustaka yang diadakan setiap dua bulan sekali, yaitu Wedangan Inspirasi. Kebetulan acara kemarin ini bertajuk “What HRD Wants from Freshgraduate” wah cocok banget buat saya nih, yang kebetulan juga adalah Freshgraduate (tahun lalu) :p


Wedangan Inspirasi diadakan di halaman depan kantor Bentang Pustaka, di patung kuda, atau biasa disebut dengan Steven Park. Acara ini dimulai pukul 15.30, dibuka oleh MC Mbak Nadia. Selanjutnya adalah sambutan dari tuan rumah, yaitu Mas Salman Faridi yang merupakan  CEO Bentang Pustaka.
Mas Salman memberikan sambutan



Acara berlanjut pada perkenalan para editor bentang yang membawahi lini masing-masing. Yaitu Mbak Intan dan Mbak Nadia editor nonfiksi, Mbak Ika editor fiksi dewasa, Mb Noni editor buku pelajaran, Mb Dila editor fiksi belia dan populer, Mb Ayu dan Mb Ulil editor komik.
Editor Bentang Pustaka yang cantik-cantik



Pengisi acara Wedangan Inspirasi ada dua orang, yaitu Mohammad Genta dari Eureka consultant dan Edwi S dari HRD Bentang Pustaka.


Yang pertama adalah Mas Edwi S. Menurutnya yang paling diperhatikan HRD saat pelamar kerja  adalah pelamar tersebut sesuai dengan kualifikasinya. Menurut mas Edwi, saat ini teknis penulisan CV tidak terlalu diperhatikan, misalnya dalam penggunaan font. Saat menjadi mahasiswa sebaiknya ikut berbagai organisasi yang sesuai minatmu, karena pengalaman dalam organisasi ini banyak diperlukan saat kamu berada di dunia kerja. Nah, perbedaan antara freshgraduate dengan yang sudah pengalaman adalah kecocokan dengan pekerjaannya, jika yang sudah berpengalaman tentu tidak memerlukan banyak latihan seperti halnya freshgraduate. Namun, biasanya para freshgraduate memiliki semangat yang lebih tinggi dengan ide-ide yang lebih fresh dan segar pula.

main tali temali



Setelah memaparkan sudut pandang HRD, Mas Edwi mengajak para peserta untuk sedikit ice breaking dengan tali yang sudah didapatkan peserta di sesi registrasi. Peserta diminta saling berpasangan dan saling melepaskan tali yang telah dikaitkan. Ada sepasang pemenang yang bisa melepaskan diri dan mendapatkan doorprize dari panitia.


Pembicara kedua adalah Mohammad Genta dari Eureka consultant, sebuah lembaga kolsuntan SDM. Menurut mas Genta, saat ini kebanyakan anak muda lebih memilih sektor swasta daripada PNS. Namun, saat melamar pekerjaan, alangkah baiknya mengetahui passion kita, alasan memilih pekerjaan tersebut. Ada tiga tahap yang perlu dipertimbangkan ketika melamar kerja , yakni: bidang yg kalian inginkan, industrinya, dan perusahaannya.
Mas Genta dari Eureka



Lalu bagaimana dengan orang yang belum menemukan passionnya? Mas Genta menyarankan untuk mencobanya, baik itu dari segi profesi, jenis industri, dan skala perusahaan. Dengan mencoba, lambat laun kita akan menemukan passion kita dalam pekerjaan.


Selain kedua pembicara utama, hadir pula HRD dari beberapa perusahaan di Yogyakarta, yaitu Gameloft, Kanisius, Mirota, Dagadu, SSC, dan CDC Fisipol UGM. Perwakilan HRD Gameloft juga sharing tentang perekrutan di Gameloft. Industri game sendiri masih sangat jarang di Indonesia. Oleh karena itu 95% orang-orang di Gameloft adalah freshgraduate, Gameloft lah yang melatih mereka. Fresh graduate punya 1001 kelemahan, tetapi mereka juga punya 1001 kelebihan – perwakilan Gameoft. Yang menarik adalah, suatu ketika Gameloft mengadakan perekrutan programmer di kampus. Tentu saja, kampus yang disasar adalah kampus yang mencetak banyak sarjana yang ahi di bidang pemrograman. Namun, ketika ditanya akan kerja apa setelah lulus? Kebanyakan dari mereka menjawab ingin bekerja di bank dan industri lainnya setelah lulus. Padahal sebagian besar peserta tadi adalah lulusan IT! Bisa dibayangkan enggak sih, sebenarnya bagaimana korelasi antara jurusan kuliah dengan passion kerja di kalangan mahasiswa sekarang ini?


Kemudian Mas David dari Kanisius juga sharing tentang freshgraduate. Menurutnya permasalahan freshgraduate yg paling penting saat ini adalah ketahanan kerja. Ada yang baru bekerja sebentar, lantas mengundurkan diri dengan alasan pekerjaannya terlalu berat.


Kemudian Mbak Dewi, perwakilan dari ECC UGM juga sharing. Masalah yang banyak dihadapi pelamar maupun perusahaan adalah banyak pelamar yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan. “Yang mendaftar banyak, tetapi perusahaan tidak dapat kandidat. Kan itu masalah,” kata Mbak Dewi. Hal lain yang perlu digaris bawahi adalah membangun komitmen sejak melamar pekerjaan. Jangan sampai saat diundang tes oleh perusahaan tidak datang tanpa konfirmasi lebih dulu. Karena bisa jadi kamu atau organisasi/kampus kalian di blacklist oleh perusahaan tertentu hanya karena kamu enggak datang interview. Nah, kalau sudah begitu enggak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga ke kampus dan adik-adik angkatan, kan?


Setelahnya ada sesi diskusi, banyak peserta yang ingin bertanya kepada para HRD tersebut. Salah satunya ada yang bertanya tentang perusahaan sekarang yang lebih sering mencari karyawan dengan sistem kontra. Mindset freshgraduate tentang kerja kontrak saat ini harus diubah, pikir dahulu bahwa setidaknya kita sudah mendapatkan kontrak kerja. Dari kontrak tersebut, tunjukkan ke HRD, agar bisa terpilih dan melanjutkan kerja di tempat tersebut.


Cost, costumer, competition adalah tiga hal yang harus diperhitungkan ketika memilih pekerjaan, kata Mas Genta. Saat interview, kamu harus mengenal dirimu lebih dulu, pelajari cara untuk mendapat kecocokan dengan HRD/user.


Sedangkan mas Edwi menyarankan untuk mempelajari perusahaan dan lingkup kerja di perusahaan yang akan kamu lamar.


Yup, demikian acara Wedangan Inspirasi hari Jumat lalu. Seru dan penuh saran-saran dari konsultan yang brilian! Belum lagi doorprize menarik dari Bentang Pustaka. Enggak sabar menantikan Wedangan Inspirasi bulan depan :)

20 Jan 2015

Tersapu "Gelombang" di Klub Baca Buku


Hari Sabtu kemarin Klub Baca Buku dan Bentang Pustaka mengadakan acara baca buku bareng di Mooi Kitchen Yogyakarta. Buku yang dibaca hari itu adalah Gelombang, karya Dee Lestari.

Meskipun sabtu siang memang kelihatan cerah bersinar, namun cuaca pada bulan ini agak sulit ditebak rupanya. Sore mendadak gelap dan turun hujan deras, untungnya sebelum asar hujan sudah reda.
Sampai di sana, saya ketemu sama Malika, Mas Gin dari Magelang, Mas Udin dan Mbak Lina, dan tentu saja Mas Fadlan ‘dedengkot’nya Mooi Kitchen. Kami menunggu beberapa saat, kemudian datang Grace, mahasiswi komunikasi UGM, penggemar buku-buku Dee.
Tepat pukul 16.00 WIB acara dimulai. Acara dibuka oleh Malika selaku host acara Klub Baca, dilanjutkan perkenalan masing-masing pengunjung. Tentu saja karena ini adalah sebuah klub, diharapkan para pembaca saling mengenal. Dan kebetulan saya adalah pembaca pertama, saya memilih halaman 33-38 untuk dibaca.
Halaman 33-38 mengisahkan Alfa kecil yang tinggal di Sianjur Mula-Mula. Ia memiliki hobi membaca Buku silat, Kho Ping Hoo. Oleh karena sulitnya mendapat akses buku bacaan, maka Alfa terpaksa membaca buku jilid 18 itu berlama-lama sebelum ia bisa nitip ke sepupunya untuk dibelikan jilid selanjutnya. Kira-kira sama dengan saya yang kadang suka ‘eman-eman’ baca buku terlalu cepet karena nanti bakalan cepet ilang pula sensasi deg-degan yang ditimbulkan, hehehe. Alesan karena baru baca sampai setengah :p
Kemudian bagian Ompu Togu Urat yang menanyakan cita-cita si Alfa. Dan nama Alfa sendiri adalah Thomas Alfa Edison.  Yup, penemu bola lampu pijar itu, yang sayangnya meleset sikit satu huruf. Alfa mengatakan kalau Bapaknya kepingin Alfa jadi insinyur, macam si Thomas Alva Edison. Bapak Kadesku di Pakpak Bharat dulu juga menamai anaknya dengan nama aktor Holywood terkenal, yaitu Jontra Folta. Ejaannya saja yang berbeda, tetapi pengucapannya hampir sama dengan John Travolta. Kemudian SekDes juga bernama presiden Amerika, yakni Abraham Lincoln, dengan marga Batak ;D Dari situ bisa dilihat, betapa orang Batak tidak tanggung-tanggung memberikan nama buat anaknya. Mungkin dari nama itulah orangtuanya berharap supaya kelak si anak nasibnya bakal sebaik nama-nama orang besar tersebut. 
Pembaca kedua adalah Grace, ia memilih membaca di bagian akhir, yaitu halaman 459-461. Bagian itu menceritakan perpisahan Alfa dan Nicky, dan bagaimana Nicky yang biasanya adalah sosok yang fun, ceria, gokil, ternyata bisa juga mengalami patah hati. Patah hati itulah yang membuatnya menjadi sosok yang sama sekali berbeda. Kata Grace sih, bagian ini berhasil bikin dia meneteskan air mata :”
Kemudian Mas Udin yang membaca 11-13. Bagian di mana Gio bertemu dengan orang asing yang mengetuk pintu rumahnya. Katanya sih, karena suka dengan konspirasi gitu, kalau tiba-tiba hal yang sama menimpa dirinya. Seorang asing yang tidak kamu kenal tiba-tiba mengetuk pintu rumahmu dan mengetahui semua hal tentangmu. Ngeri juga sih ya, kalau beneran ada begitu. Dan Mas Kelik yang membaca halaman lanjutannya hingga bab selesai. 
Mas Gin membaca halaman 133-135. Di mana Alfa berhadapan dengan Geng Meksiko di apartemen kumuhnya. Berasa nonton film The Raid, katanya. Ia senang dengan keberanian Alfa menghadapi pimpinan geng Meksiko tersebut. Di balik dirinya yang tidak punya kuasa apa-apa, Alfa mampu menyerang titik lemah lawan dengan kemampuannya di bidang lain. Mas Gin, sebagai pembaca Supernova yang udah baca sampai khatam dua kali menuturkan bahwa Gelombang  ini sepertinya dibuat agak terburu-buru. Sebab ia melihat ada sedikit kemiripan yang dipakai di metode menghadapi mimpi Alfa dengan yang ada di inception.
Dan ungkapan terburu-buru tersebut ditegaskan oleh Mbak Rani selaku asisten editor Gelombang. Berbeda dengan Partikel yang memakan waktu delapan tahun untuk riset, Gelombang hanya diberi waktu dua tahun. Beberapa pembaca merasa eksplorasi Dee untuk tokoh, misalnya Ishtar Summer, dan kejadiannya agak kurang. Namun bagiku pribadi, riset Dee untuk Gelombang ini udah keren ya, karena ia mampu memasukkan hal-hal remeh-temeh seputar kebiasaan orang Batak ke dalam bukunya, sehingga menghasilkan suasana khas Sianjur Mula-Mula di sana.
Lalu Galih membacakan halaman 151-152. Dalam bagian itu Alfa diajak Amangudanya untuk pergi ke gereja. Ia menolak karena ia bukan kristen, melainkan penganut Parmalim, yakni kepercayaan asli Batak. Galih mengatakan itu menjadi salah satu bagian favoritnya. Menurutnya sejauh apapun Alfa pergi, ternyata tradisi dari nenek moyangnya masih dijunjung tinggi, alias tidak melupakan asal-usul dirinya sebagai seorang Alfa dari Sianjur Mula-Mula.


Diskusi tentang bab-bab di buku ini berjalan cukup seru. Beberapa pembaca tidak puas dengan keberadaan Ishtar Summer yang digambarkan sebagai bintang jatuh, namun kemunculannya hanya satu kejapan saja. Mereka sebenarnya berharap kalau Ishtar ini adalah ‘Diva’ di buku Gelombang, namun nyatanya rasa penasaran tentang Ishtar harus bersabar hingga IEP diterbitkan :D
Kemudian salah seorang pembaca menanyakan tentang Madre Ayahuasca yang sempat muncul dalam Gelombang. Ayahuasca di sini disebutkan sebagai orang yang harus ditemui Gio untuk ditanyai arti simbol pada batu-batu yang dibawanya. Ayahuasca sendiri adalah sebuah ramuan yang berasal dari Peru, dan itu lega karena digolongkan sebagai ramuan tradisional. Katanya sih, ramuan itu bisa membuat inspirasimu mengalir terus-menerus. Makanya, masih gosip lagi, beberapa penulis memakainya. Namun untuk meminumnya dibutuhkan bantuan seorang shaman yang berpengalaman. Mungkin bagi yang udah membaca Partikel agak teringat dengan bab yang menceritakan di mana Zarah yang memakan jamur dan dengan bantuan seorang shaman, ia memasuki wilayah bawah sadarnya. Mungkin seperti itu sih yang dimaksud. Namun di Gelombang ini Dee, menuliskan Ayahuasca sebagai orang yang harus ditemui Gio. Well, Ayahuasca yang seperti apa? Mungkin kita bisa menemukan jawabannya dalam buku ke-6 IEP yang sudah ditunggu-tunggu.

16 Jan 2015

MEDICAL CHECK UP di Rumah Sakit JOGJA


Huwaaa, setelah sekian lama blog ini penuh sarang laba-laba, akhirnya ada juga posting baru di sini.
Seminggu lalu saya melakukan medical check-up atau biasa disingkat medcek sebagai prasyarat kerja. Karena harus yang resmi pemerintah, tadinya saya mau ke puskesmas aja, yang Cuma tensi, berat, tinggi badan, terus diperiksa-periksa bentar sama dokternya, jadi deh. Cukup bayar 5000 untuk surat keterangan dokter tersebut. Namun prasyarat lainnya adalah surat keterangan bebas NAPZA dan kesehatan jiwa, jadi mau tidak mau harus ke rumah sakit nih.
Maka berangkatlah saya ke Rumah Sakit Jogja, kalau dulu disebutnya RSUD Wirosaban. Tentu saja karena faktor jarak, sebagai RS pemerintah yang paling dekat dengan rumah. 
Setelah memarkirkan sepeda motor, saya ambil no.antrean di lobby, dekat dengan informasi. Untuk yang belum pernah ke RS tersebut, disuruh mengisi data diri ke dalam formulir yang udah disediakan di bagian informasi. Kemudian tunggulah antrean di loket 1-5. Setelah itu nomor dipanggil dan menyerahkan formulir berikut keperluannya (untuk medcek). Saya disuruh bayar 87000 ke kasir dengan penjelasan: 43500 untuk konsul dokter jiwa dan tes kejiwaan, yang 43500 lainnya untuk konsul dokter umum dan tes kesehatan umum. Wah, saya pikir murah banget ini, kalau di klinik kan bisa nyampe 500an ribu. Setelah bayar di kasir, saya disuruh ke lantai 2 tempat untuk medcek.
Antrean hari itu lumayan penuh, banyak di antara mereka yang keterima CPNS kota yang deadline pemberkasannya juga deket-deket hari itu. saya menyerahkan berkas dan menunggu dipanggil. Setelah itu diperiksa tensi dan disuruh untuk ke bagian kejiwaan, laboratorium, radiologi, dan cek jantung. Nah, ini sih kelemahan RS pemerintah dibandingkan klinik swasta. Saya harus ribet bolak-balik ke ruangan-ruangan tersebut yang lumayan berjauhan. Kalau di klinik, meskipun ruangannya sendiri-sendiri tetapi saya pikir enggak seribet ini ya (secara saya belum pernah medcek di klinik, modal dikasih tahu saja).
Di bagian kejiwaan, cuma disuruh ngisi semacam kuisioner aja ternyata. Dan kemudian dibuatkan surat keterangan sehat secara kejiwaan.
Di laboratorium saya disuruh periksa urin dan darah untuk cek NAPZA dan darah (kayak kadar Hb dll). Dan ternyata disuruh bayar lagi! hahaha, enggak jadi murah deh :p jadi beli strip untuk cek NAPZA 43000. Kemudian biaya cek darah 91000. Setelah itu ke bagian radiologi, rontgen bagian dada, dan bayar lagi 53000. Kemudian yang terakhir ke bagian jantung, namanya cek EKG, ini enggak bayar karena udah termasuk tes kesehatan yang dibayarkan di awal. Dan hasilnya langsung jadi.
Hasil rontgen dan cek NAPZA/darah langsung jadi siang hari, jam 12an gitu. Setelah diambil semua kita disuruh mengumpulkan semua hasilnya dan naik lagi ke lantai 2 untuk dibikinkan surat keterangan sehat oleh dokter. Nah, ini antre lumayan lama, karena dijelaskan oleh dokternya tentang hasil lab kita. Setelah saya dipanggil ditanya untuk kepentingan apa dan dijelaskan hasil labnya, ini begini, begitu. Baru deh dibuatkan surat keterangan sehat dan dicap di tempat Bapak yang tensi.
Kemudian saya tanya ke teman-teman yang medcek di RS pemerintah yang lain, ternyata RSUD Jogja bisa dibilang murah banget lho, untuk medcek lengkap seperti itu. soalnya di RS lain habis sampai 250 hanya untuk NAPZA dan kejiwaan saja. Cek kesehatannya Cuma tensi dan BB/TB, tanpa cek darah, jantung dan juga rontgen. Enggak jadi mengeluh-ngeluh deh saya kehilangan 250an ribu hari itu karena ternyata lumayan paket hemat juga :)
Akan tetapi namanya juga paket hemat, kita harus rela antre lama dan ribet bolak-balik pindah ke ruangan ini dan itu. namun begitu secara keseluruhan ditinjau dari segi harga, kecepatan hasil, dan pelayanannya medcek di Rumah Sakit Jogja lumayan memuaskan.

9 Mei 2014

sepotong senja dari pakpak bharat *)


adalah sepotong foto yang kukirimkan padamu beberapa waktu yang lalu.
senja berwarna ungu dengan semburat oranye kemerahan, seakan-akan sang khalik sedang ingin melukis langit, menumpahkan segenggam cat merah ungunya untuk menjadikan warna langit sore itu menjadi begitu menakjubkan.
sore itu istimewa, pun senja yang menghiasinya. mungkin sebab itu, kukirimkan sepotong senja itu padamu, senja berbayang-bayang pohon kelapa di belakang pondokanku. mungkin sejak saat itu, mungkin sebelumnya, mungkin sesudahnya, mungkin entah kapan, tiba-tiba saja kamu pun menjadi teramat istimewa buatku.

*) judul cerpen Seno Gumiro A. "Sepotong Senja untuk Pacarku"

23 Des 2013

bahagia dalam kesederhanaan



hari Selasa tgl lapan, aku dan kak eci mengunjungi Desa Mahala bersama Kak Juliana. Desa Mahala adalah desa terjauh di kecamatan Tinada. desa paling pelosok di daerah yang sudah pelosok kalo aku yang disuruh bilang. kami bonceng tiga tanpa helm di kepala dengan jalanan menikung naik dan turun. melewati ladang, kebun, jembatan, hingga batas kecamatan. jangankan indomar*t, warung kelontong pun tidak kami temui di desa itu.
kami berhenti di depan rumah papan mungil yang ditinggali oleh Pak Sahdin Solin dan keluarganya. kehangatan keluarga itu menyambut kedatangan Kak Juli (dan semoga juga kami). ada Pak Solin, Bu Solin, anak-anaknya, menantunya, cucu-cucunya yg msh balita, Kak Juli, saya dan Kak Eci. kami berbincang agak lama ditemani kopi Pakpak yg menghangat. meskipun masih roaming dengan bahasa setempat, saya ikutan senyum dan ketawa saja tanpa mengerti artinya. mungkin benar apa yg pernah Kak Juli katakan di perjalanan tadi, kita tidak bisa membuat penilaian tentang seseorang dari pnampilan atau tempat tinggalnya saja. rumah papan mungil berbatasan dgn jurang dan lereng perbukitan yg curam. toh, rezeki memang sudah ada yang mengatur, toh rezeki memang punya tempat yg luas bagi mereka yg mau berusaha. dengan kesederhanaan beliau, Pak Solin memiliki 8 hektar ladang gambir produktif. nyatanya kebahagiaan tidak bisa diukur hanya dgn rumah besar dan akses terhadap kebutuhan yang demikian mudah.
mungkin bagi Pak Solin, seperti sebagian besar penduduk di sini, di Mahala, bahwa kesederhanaan adalah cara paling simpel untuk berbahagia. 

rumah papan yang banyak ditemui di sana
Fyi, kak Juli adalah penyuluh Balai Pertanian kecamatan

22 Des 2013

doorprize dan takdir tuhan


hari jumat tanggal empat kami diundang Pak M***k dari kasi pemuda daerah setempat, untuk ikut senam pagi bersama dan upacara peringatan HAORNAS. kami sudah berharap dapat tivi, atau paling tidak magic com. namun ternyata, di antara 10 anak PSP3 yg ikut, cuma Ani yg dapat doorprize, sesuai doaku, dia dpt payung. karena bulan ini sudah masuk musim hujan dan tak seorang pun dari kami yg memiliki payung. tapi doaku yg lain, supaya dapat tivi tabung 21" belum bisa dikabulkan. kupikir tuhan selalu tahu, apa yg benar-benar dibutuhkan oleh hambanya. 
mungkin saat ini kami memang tidak begitu membutuhkan tivi.
*hari-hari tanpa tivi di pelosok sumatera bagian utara

24 Jun 2013

Trip to Malang #1

              Akhirnya, setelah menunggu dua tahun lamanya, keinginan saya untuk merasakan udara Bromo terwujud. Alhamdulillah.
                Hal ini bermula ketika saya dan dua teman saya, sebut saja akhir dan woro, sedang bosan dan ingin jalan-jalan. Kayaknya itu hari senin atau selasa gitu, saya habis disms nurani, katanya dia lagi di malang dan mengajak kami untuk main ke sana. Berhubung bulan lalu saya dan woro udah jalan-jalan di dalam kota, kami membuat agenda untuk luar kota. awalnya sih kami mau ke solo, tapi saya enggak terlalu suka solo, soalnya udah pernah ke sana dan transportasinya enggak terlalu fleksibel. Tiba-tiba tercetuslah ide lama itu, ke Bromo. Maka kami searching transportasi dan bermacam biaya untuk ke sana, dan memutuskan untuk berangkat hari Jumat lalu pulang minggu malam, sehingga tiba kembali di jogja senin pagi.
                Ternyata keesokan harinya saya dapat kabar, ada tes di hari senin, pagi pula. Walhasil saya bingung. Menunda keberangkatan mungkin seminggu lagi. saya tanya ke akhir dan woro dan akhirnya kami memutuskan untuk memajukan saja jadwal keberangkatan, karena kalau dimundurkan kemungkinan batalnya akan lebih besar.
                Berbekal petunjuk dari Yusna dan Fitri, teman saya yang sedang di Malang, kami membuat jadwal dan rancangan biaya serta transportasi ke sana. Hari kamis sore, saya ke kos woro untuk menitipkan bawaan saya, satu ransel besar berisi keperluan untuk tiga hari. Kemudian malamnya kami berangkat bareng dari kos woro menuju stasiun tugu. Ohya, kami memakai angkutan kereta api Malioboro ekspress, 80000 kelas bisnis untuk jogja-malang. Kereta api berangkat pukul 22.15 dari stasiun tugu. Di dalam kereta saya duduk di sebelah mas-mas yang baru pulang wawancara kerja, kursinya enggak nyaman, bikin saya susah tidur.
                Kami tiba di stasiun Malang baru pukul 05.30 lebih cepat beberapa menit dari jadwal. Turun dari kereta, kami mencari mushola untuk sholat subuh dan cuci muka. Beberapa saat kemudian matahari terbit, kami masih stay di musola berhubung masih ngantuk karena enggak bisa tidur malemnya. Eh, ternyata ada larangan tidur-tiduran di dalam mushola, yasudah deh, saya tiduran sambil duduk. Berhubung matahari sudah naik sepenggalah dan kami masih di musola, kami sholat dhuha dulu baru melanjutkan perjalanan.
saya, woro, akhir sblm meneruskan perjalanan (stasiun malang baru)

                Rencananya kami menginap di kos yupi, lalu berangkat ke bromo malam hari. Hari masih pagi, kami keluar dari stasiun dan berharap bisa sarapan sambil ngeteh. Setelah diskusi bertiga, diputuskanlah untuk sarapannya sekalian ke Batu. Setelah bertanya pada petugas stasiun tentang transportasi ke batu, kami foto-foto dulu deh sebelum nyegat angkot :p



                Oya, kami menemukan SMA N 1 Malang, sekolah teman sekelas kami dulu, Sandi, dan pose-pose alay dulu di depan tulisannya, kata woro sih mau dipamerin ke sandi.
                Sesuai petunjuk pak stasiun, kami nyegat angkot ADL untuk membawa kami ke terminal landungsari. Tadinya ditawarin, nyarter angkot langsung ke Batu 200rb bertiga, yakali kita kaya (aamiin), lagi nggembel begini. Kami tolak angkot tersebut dan mencari angkot yang beneran. Ongkos angkot ke terminal 2500 saja. Sampai di terminal, kami bingung katanya dari tempat angkot berhenti ke jatimpark masih harus jalan jauh. Akhirnya kami mikir dulu, karena mikir bikin laper, nyari warung makan lah kami untuk sarapan. Untungnya nemu warung makan di terminal, saya dan akhir pesen soto ayam, 5000 saja. Woro pesen nasi rames setengah porsi yang semena-mena karena setengah porsi kuli (alias dua kali porsi normal kami) 5000 juga plus teh hangat 2000. Soto ayamnya soto lamongan, ada irisan telurnya ¼ butir, dengan porsi yang mengenyangkan hohoho.
                Sambil makan, kami bertanya-tanya sama pembeli yang lagi makan di sebelah dan pemilik warung. Memang tidak ada angkot yang langsung menuju jatimpark, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh kok kalau ditempuh jalan kaki. Petugas stasiun menyarankan kami untuk naik bus, sedangkan mbak-mbak sebelah bilang pake angkot. Akhirnya kami pakai angkot ungu ke jatimpark, pak supir menawarkan untuk mengantar hingga jatimpark 1, tapi tarifnya jadi 6000/orang, kami iyain aja, udah capek bawa ransel berat L.
                Sampai di jatimpark, kami bingung lagi –oh plis- soalnya ada tiket terusan yang lebih murah. 150rb untuk 4 tempat: jatimpark 1-2, ecogreenpark, dan BNS. Kalo satu tempat saja (tiket wiken, hari itu jumat): jatimpark1 65rb, jatimpark2 90rb, ecogreen 40rb, BNS 15rb. Dan ada tiket terusan untuk dua tempat: 120rb jatimpark 1-2, 90rb jatimpark1-ecogreen, 150 jatimpark2-ecogreen. Hari itu sudah agak siang dan kami diburu waktu, dan katanya jatimpark2 itu keren, makanya kami beli tiket terusan untuk jatimpark1-2.
                Saya udah pernah ke jatimpark1 tapi dulu, saat smp. Kayaknya waktu itu masih sepi gitu, dan saya belum punya kamera, jadinya kenangan berupa foto ada di kamera teman-teman smp. Sebenarnya kami mau nyewa loker untuk nitipin tas, berhubung ransel kami berat banget kalau harus dibawa berekreasi. Tapi eng ing eng, ternyata yang bisa dititipkan hanya makan besar berupa nasi, dan pak petugasnya bilang nitip aja di loker kolam renang (yang jauh banget dari pintu masuk/keluar). Terpaksa deh, kami menenteng tiga kilo ransel huhuhu T.T. Jatimpark 1 lebih banyak rekreasi edukasi kayak taman pintar. Ada arena pengenalan nusantara, fisika, kimia, biologi dan sejarah.
               

nyamain bibir
woro found her love
look so happy :D
 Setelah arena edukasi, ada arena mainan, nah kolam renang ada di sana, tapi kami harus muter-muter naik-turun untuk mencapainya. Dan ternyata kolan renang ada di bagian akhir wahana, enggak gitu guna juga sebenarnya nitipin ransel ini. Saya yang merasa 120rb akan sia-sia kalau enggak main, membujuk akhir untuk ikutan naik wahana. woro udah kecapekan dan memilih menunggu daripada tambah pusing kalau naik. Dan begitu saya mau naik,eh, enggak ada pengunjung lain yang mau naik juga, padahal minimal ada empat orang supaya seimbang. Untung mbak petugasnya baik hati, dia mau nyariin orang yang naik. Katanya, “masak bayar tiket mahal-mahal, ke sini cuma untuk duduk-duduk aja,” sepakat mbak, batin saya. Saya lupa nama wahanya apa. awalnya sih oke, dipasangin pengaman badan sampe bunyi klik dan mepet banget ke badan saya, lengan saya kerasa sempit. Dan kami diangkat dan diputer-balik badan-kepala di bawah-menghadap tanah-entahlah, diputer pertama saya udah enggak berani buka mata, sementara akhir masih ketawa-tawa. Jeritan korban saya (hasil bujukan mbaknya) menuai tatapan ingin tahu para pengunjung lain, wahana yang tadinya sepi jadi ramai deh. Saat itu jumat siang, dan wahana tersebut satu-satunya yang beroperasi soalnya operatornya cewek (enggak sholat jumat). Begitu selesai, perut saya kocak, sendal-sendal bertebaran, bahkan ada mbak-mbak yang sampai nangis saking takutnya. Oh, kapok cukup sekali saya naik itu. tapi kayaknya berkat kami, jadi ada antrean di wahana tersebut :p
                Setelahnya kami ke arena bombomcar, tetapi masih istirahat, mau nunggu ya kok lama. saya dan akhir naik ke beberapa wahana lain (yang dirasa lebih aman daripada yang pertama). Lalu solat dhuhur di musola. Eeh, ternyata malah hujan, kami nunggu sebentar dan pakai jas hujan demi keamanan. Saat mau pulang sebenarnya akhir dan woro pengen ke rumah pipa, tapi saya pusing, makanya saya milih nunggu di deket pintu keluar. Saya nunggu lumayan lama sambil tidur. Kayaknya gara-gara belum makan siang atau mungkin jetlag –halah-. Ternyata mereka berdua enggak jadi ke rumah pipa karena pakai acara basah-basahan (hemat baju ganti/hujan/males basah). Jadi deh kami keluar.
                Jam sudah menunjukkan pukul setengah3, langit agak gelap dan gerimis. Kami tetap memutuskan ke jatimpark 2 meskipun badan udah payah. Habisnya 90ribu sayang banget kalau dilewatkan. Dari jatimpark1 ke 2 naik kereta mini, sekitar 7 menit udah nyampe. Waktu itu kami pengunjung terakhir yang pakai kereta mini, berasa kereta Cuma milik bertiga, hahaha.
bete di kereta

Next post: #2 jatimpark2 dan perjalanan ke bromo

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...