Tampilkan postingan dengan label hamil. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hamil. Tampilkan semua postingan

10 Apr 2018

Lika-Liku Memilih Dokter Kandungan yang Klik di Hati (part 2)

postingan ini merupakan lanjutan dari sini.

Yogyakarta

Di akhir kehamilan 36 weeks, aku mengambil cuti melahirkan dari kantor. Setelah menimbang-nimbang dua alternatif transportasi: pesawat atau kereta api, akhirnya aku dan suami memutuskan untuk menggunakan transportasi kereta api.

Pertimbangan kami karena kereta api cenderung lebih fleksibel untuk para bumil. Aturannya enggak seribet pesawat terbang dan tidak ada maksimal usia kehamilan (kalau pesawat beda-beda tiap maskapai, paling mepet pakai Garuda-34weeks) asalkan kandungan sehat (dengan surat dokter).
ketentuan bumil naik kereta
sumber twitter @KAI121
Dua hari setelah pulang ke Jogja, aku memeriksakan diri ke dokter kandungan. Aku memilih untuk periksa di RS PKU Kotagede dengan dokter Arsy. Sebelumnya memang sempat browsing-browsing dan tanya ke orang-orang untuk rekomendasi dokter kandungan di Jogja. Dan aku pengennya yang deket rumah supaya cepat sampai rumah sakit kalau kontraksi udah terasa.

Dokter Arsy orangnya lemah lembut dan selow, metodenya wait and see gitu, jadi sebagai pasien enggak terlalu cemas akan lahiran. Oya, pas di Jakarta kan aku dibilangin kalau kondisi tali pusar janin ada di bawah, tapi belum tahu ya nutupin jalan lahir atau enggak. Jujur, hal ini sempet bikin aku agak cemas. Dan alhamdulillah setelah dapet penjelasan dari dokter Arsy mengenai tali pusar yang masih normal meskipun ada di bawah, aku jadi tenang deh.

Jadi periksa kandungan di RS PKU Kotagede biaya dokternya 80.000 rupiah, kemudian biaya USG tanpa print 50.000 rupiah, ditambah pendaftaran 20.000 kalau enggak salah. Total 150.000, lumayan juga sih kalau tiap minggu keluar uang segitu, jadi pemeriksaan selanjutnya aku berniat pake BPJS aja. Untungnya seminggu sebelum pulang suami udah ngingetin untuk pindah fakes 1 di Jogja, sehingga saat nyampe Jogja BPJSku udah langsung bisa digunakan. 😊

Beberapa hari kemudian aku periksa ke puskesmas, niatnya sih untuk cari rujukan biar bisa periksa langsung ke RS. tetapi rupanya enggak boleh selama kehamilan masih normal. Jadi dua kali periksa di puskesmas. Pemeriksaan yang kedua bu bidan bilang kalau janinku kecil untuk usia kandungan yang udah 38 weeks, kemudian beliau memberikan surat rujukan ke RS PKU Kotagede. Hari itu Selasa siang ya, saking cemas dan waswas, enggak sabar nunggu besok pagi untuk cek kandungan, maka Selasa malam setelah siangnya dibilang ukuran anak bayi di perut kecil, aku langsung periksa ke RS Bhakti Ibu yang ada di Golo. Kebetulan malam itu diperiksa oleh Prof. Anwar. Menenangkan banget diperiksa sama beliau, enggak ada masalah kata beliau, insya Allah bisa lahir normal. Waktu itu aku merasa plong, lega gitu setelah tadinya panik dan cemas.

Jadi setelah malamnya pulang, enggak bisa tidur sampai tengah malam. Mungkin terlalu excited dan bersyukur enggak kenapa-kenapa. Yak, jam 2 pagi merasa ada yang aneh, basah gitu. Curiga kalau itu yang namanya ketuban, akhirnya aku browsing di internet, baca buku KIA pink, dan whatssap suami. setelah agak yakin kalau itu air ketuban yang merembes, aku membangunkan orangtuaku untuk dianterin ke RS terdekat, RS PKU Kotagede.

Dua puluh jam selanjutnya adalah perjuangan melahirkan yang tidak terlupakan meskipun sudah agak lupa bagaimana rasanya 😋
Oya, saat akan melahirkan, aku ditanya oleh perawat di sana, mau melahirkan dengan dokter Arsy (dokter yang udah periksa aku sebelumnya) atau dokter mana pun yang stand by. Waktu itu aku memilih dokter Arsy dengan pertimbangan beliau sudah pernah periksa aku sebelumnya, jadi lebih terinformasi gitu. Alhamdulillah, aku bisa lahiran dengan normal sesuai harapanku saat hamil, meskipun dengan banyak drama.

Jadi kesimpulannya, selama di Jogja aku enggak banyak melakukan safari dokter karena keterbatasan waktu. Namun untuk bagaimana cara melahirkan, dimana tempatnya, dan siapa dokter maupun bidan yang akan membantumu melahirkan, sebaiknya sudah dicari tahu sebelumnya sehingga calon ibu bisa lebih tenang saat menghadapi persalinan.

Happy Mom, happy baby, happy family!

6 Mar 2018

Lika-Liku Memilih Dokter Kandungan yang Klik di Hati (part 1)

Jakarta

Berhubung kehamilanku udah selesai dengan alhamdulillah lancar, aku mau cerita tentang pengalaman memilih dokter kandungan pas hamil dulu. Sedikit review beberapa dokter yang pernah aku kunjungi, siapa tahu ada yang lagi galau milih dokter juga bisa sedikit tercerahkan 😉
Saat tahu aku hamil dari bukti dua buah testpack *skip dulu drama awal kehamilannya*. Sebenarnya aku masih ragu, ini bener gak sih baca testpacknya? Suami kemudian nyuruh ke dokter aja gih, buat kejelasannya.
Hasil gambar untuk positif hamil
Positif!
Gambar dari Tribunnews.com
Sedihnya suami kerja juga di hari Sabtu, jadi dengan memberanikan diri dan isi dompet, berangkatlah aku sendiri ke RS Evasari untuk menerima kejelasan. Waktu itu aku memilih dokter siapa aja deh, asal perempuan. 
Kebetulan yang praktek hari itu dokter kandungannya laki-laki semua, ada satu dokter perempuan, tapi nunggu dulu ditelepon. Pelayanan di RS Evasari bagus sih, meskipun pasien cuma satu tapi kalau memang harus sama dokter yang bersangkutan langsung diteleponin (meskipun nunggunya lama). Satu jam kemudian akhirnya aku diperiksa oleh dokter Nana. Ditanyain keluhannya apa, kubilang testpack positif jadi mau cek kandungannya betulan apa enggak. Di USG transvaginal karena kalau dari perut masih terlalu kecil dan belum bisa dilihat. beliau agak irit ngomong ya, jadi harus banyak tanya supaya dijelasin. Di akhir USG aku nanya, "Saya beneran hamil, dok?"
Sambil nulis rekam medis, dokter Nana menjawab, "Iya, selamat ya." Kemudian memberikan penjelasan kalau janinnya tunggal, ada denyut jantungnya, usia kehamilan 4 minggu dihitung dari haid terakhir, dan memberikan resep vitamin dan obat penguat kandungan karena aku bilang mau mudik naik kereta api (waktu itu tengah bulan puasa kayaknya). Dan waktu bayar di kasir, jreng-jreng-jreng! Habis ratusan ribu rupiah 😭
Setelah mengetahui besaran biaya kontrol kehamilan yang enggak murah dan sebagai peserta BPJS yang upahnya selalu dipotong tiap bulan, aku memutuskan untuk bikin rujukan dong hihihi.
Rumah sakit yang kupilih saat itu adalah RSUK Cempaka Putih yang lokasinya di belakang Pasar Rawasari dan aksesnya gampang dari kontrakan maupun dari kantor (sekali ngangkot).

Ternyata di RS inilah aku menemukan dokter yang klik denganku hehehe. Jadi di tiap jadwalnya, dokter Yuanita ini membatasi hanya sekitar 13 pasien di hari Selasa-Kamis dan 10 pasien di hari Sabtu. Dan berhubung pasiennya membludak, jadi antrian ke poli obgyn selalu udah habis meskipun baru jam 6 pagi! Bzzzt pikirku.
NB: belakangan RS ini membuat sistem antrian by appoinment via whatsapp, sehingga pasien tidak perlu mengantri sehabis subuh lagi ✌
Di awal periksa, aku diberi buku pink KIA oleh bidan. Buku pink tersebut digunakan selama kehamilan hingga anak lahir dan berusia 5 tahun. Kebayang gak sih, pentingnya buku ini dan keharusan untuk menyimpan dengan baik supaya tetap awet? Kemudian dicek tensi sambil diwawancara sebentar sama Bu Bidan yang ngisi borang data.

Buku wajib bumil dan busui
Gambar dari koleksi pribadi

Masuk ruang periksa, sama sih di USG dalam. Tapi dokter Yuanita ini jelasinnya detil, macam ini kantong rahimnya, ini denyut jantungnya, kemudian dilihat juga ada kista atau tidak, karena nanti perlu pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan kista. Beliau jelasinnya sambil nunjukin gambar yang ada di layar USG itu, jadi kita bener-bener tahu. Kemudian aku juga disuruh cek lab untuk pemeriksaan darah dan urin lengkap.

Setelah beberapa kali periksa sama dokter Yuanita sebenarnya aku masih traveling ke beberapa dokter lagi buat memastikan kenyamanan tadi. Ditambah dulunya antrian di RS yang harus subuh-subuh dan sering kehabisan antrian itu bikin males.

Beberapa kriteriaku dalam memilih dokter kandungan adalah:

  1. Dokter perempuan
  2. Enak ditanya-tanya
  3. Pemeriksaan menyeluruh
  4. Menjelaskan dengan detail dan mudah dimengerti
Itu kriteria versiku lho, karena aku nyamannya begitu. Kalau ada yang berbeda kriteria ya monggo, boleh-boleh aja.

Beberapa dokter yang sempet aku temuin:
- Seorang dokter senior di RS swasta
yang langsung bilang kalau tali pusernya ada di bawah dan lahirnya harus disesar. Wait, aku baru sekali ke dokter ini dan dia langsung nge-judge kayak gitu tanpa mempertimbangkan, misalnya dilihat dulu perkembangannya. 
- Dokter yang agak senior
Sebenarnya enak-enak aja sih, sama dokter ini. Cuma irit bicara jadi agak sungkan gitu juga mau nanya. Terus periksanya sebentar dan seperlunya aja. Hmmm.
- Dokter kandungan di RSUK juga
Karena udah waktunya kontrol dan kehabisan antrian. Sebenarnya dokternya enak juga kok untuk ditanya-tanya. Dan kebetulan jadwalnya lebih fleksibel, jadi waktu itu aku pertama kali periksa kandungan ditemenin suami 😂. Namun berhubung dari awal udah sama dokter Yuanita, jadi balik lagi deh periksa sama beliau.

aku (36w) dan dokter Yuanita
Foto tersebut diambil pas periksa terakhirku di Jakarta, sebelum pulang ke Jogja untuk lahiran. Sebetulnya agak malu juga minta foto hehehe. Mana muka kucel no make up no make up ini mah.

Bersambung di Part 2 (Yogyakarta)

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...