1 Des 2017

Nikah itu Enak, Yakin?

Kalau kamu sering denger kalimat yang dilontarkan orang-orang yang udah nikah biasanya pada bilang: Nikah itu enggak enak, serius deh, tapi... enak banget!
Enggak salah sih bilang kayak gitu, tapi enggak 100% bener juga lho. Apalagi jika kalimat tersebut ditujukan pada para single yang masih galau belum ketemu jodoh tapi ngebet kawin. Mungkin maksudnya baik ya, supaya yang udah punya calon disegerakan menikah. Tetapi emang pada suka lebay gitu bilangnya. Padahal sebenarnya #nikahitu enggak seenak yang mereka katakan.
Serius.
Menurutku, berdasarkan perjalanan pernikahan kami yang belum setahun ini, bisa disimpulkan bahwa butuh tiga fase mendasar sebelum kamu benar-benar bisa memahami pasanganmu dan bertahan dalam sebuah ikatan pernikahan.

Fase penganten baru


Ini mungkin menjadi fase paling indah yang paling sering diceritakan orang. Fase ini adalah semua yang serba pertama. Pertama kali bisa 24 jam bareng-bareng terus, enggak usah ada yang pamit pulang ke rumah masing-masing sebelum disindir tetangga, toh si dia sekarang adalah rumah bagimu (uhuk uhuk). Bisa peluk-pelukan di depan orangtua tanpa takut ditegur, bisa enak-enak berduaan tanpa takut berbuat zina, karena yang tadinya dosa berganti menjadi pahala. 😋

Fase keterbukaan

Yup, fase ini datang setelah honeymoon berakhir. Cuti nikah yang cuma beberapa hari itu lewat sekelebat dan penganten baru harus siap menghadapi kekecewaan karena si dia tidak sesempurna yang diimpikan. Pasangan yang tadinya jaim mulai menunjukkan sifat aslinya.
Pertengkaran-pertengkaran kecil akan mewarnai kehidupan rumah tangga kalian karena hal yang sepele. Jangan dibayangkan kalau pertengkaran itu hanya disebaban oleh hal-hal besar seperti orang ketiga (aduh, jangan sampai deh), mertua/ortu yang terlalu ikut campur trus pasangan ngerasa enggak nyaman, pasangan punya banyak hutang tapi enggak pernah bilang. Bukan itu semua! Pertengkaran yang terjadi di fase ini kebanyakan karena hal-hal semacam:
1. Bangun tidur enggak beresin tempat tidur
2. Naruh handuk sembarangan
3. Habis dari kamar mandi enggak keset dulu
4. dll
Sepele banget kan sebenarnya? tetapi kalau hal-hal tersebut terjadi setiap hari pasti tetep ada yang namanya dongkol dan kesel. Yah, secara kalian tinggal di satu rumah dan tiap hari ketemu. Enggak nakut-nakutin tapi justru dari kejadian-kejadian sepele semacam itulah timbul pertengkaran-pertengakaran kecil.
Dan jika masalah sepele ini enggak diselesaikan secepatnya bisa lho, kejengkelan pasangan memuncak dan jadi masalah besar.

Fase kompromi

Jadi kalau udah mulai galau, kenapa sih dulu aku milih nikah sama dia, bukan sama yang lain? Hiks. Ingat-ingat dong alasan menerima lamarannya dulu. Ingat-ingat dong hal baik apa yang dimilikinya semenjak kalian menikah yang membuat kamu bersyukur.
Di fase ini aku pun berdoa dan mulai berkomunikasi dua arah. Bener-bener dua arah ya, bukan yang satu pake nada tinggi yang lain cuek main ponsel. Katakan apa yang tidak suka dari pasangan dan minta supaya dia tidak melakukannya. Begitupun jika pasangan mengatakan hal yang tidak disuka, jangan keburu marah. 

Pernikahan harmonis bukan tentang bagaimana supaya tetap cinta, namun berawal dari keikhlasan untuk mau berkompromi dengan kekurangan pasangan.

Memang ada hal-hal yang masih bisa diperbaiki supaya sama-sama senang. Namun adakalanya beberapa hal terpaksa harus kita terima, tanpa bisa diubah atau mungkin butuh waktu yang lama untuk mengubahnya. Yakin enggak masih bisa menerima pasangan dengan kekurangan seperti itu?

Kalau sudah bisa melewati tiga fase tersebut dengan selamat. Di mana suami-istri masih bisa happy, tertawa, bertengkar, nangis, kemudian baikan lagi dan happy lagi. Dan yang terpenting kamu tidak merasa tertekan melalui hari-hari bersamanya. Selamat! Insya Allah walau nantinya akan ada badai yang lebih besar, pernikahanmu akan tetap bahagia karena kalian punya keikhlasan untuk tetap saling menerima.

21 Mar 2017

Tentang Skoliosis, Apa dan Bagaimana?

Skoliosis? Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata Skoliosis?



Apa yang pertama kali terlintas di benakmu saat mendengar kata skoliosis? Mungkin beberapa orang pernah mendengarnya di buku pelajaran sekolah mengenai penyakit yang disebabkan oleh kesalahan posisi duduk. Tapi benarkah begitu?
Skoliosis adalah sebuah kondisi dimana tulang belakang bengkok atau melengkung yang tidak lurus sejajar seperti halnya kondisi normal. Tulang belakang yang semestinya membentuk huruf I, karena skoliosis bisa menyerupai huruf S atau C.

Apa Penyebab Skoliosis?

kondisi tulang skoliosis dilansir dari wikipedia.co.id
Kebanyakan skoliosis diketahui ketika remaja, hal ini karena kondisi fisik sedang mengalami perkembangan yang pesat ketika memasuki usia puber.
Kelainan ini mayoritas diderita oleh perempuan daripada laki-laki. 75% penyebab skoliosis merupakan Skoliosis idiopatik, yang artinya tidak diketahui penyebabnya.
Pertama kali dinyatakan mengalami skoliosis membuat saya terhenyak. Usia saya sudah tidak remaja, bahkan sudah di atas 20 tahun. Saya bahkan mengetahui hal itu setelah menjalani medical check up untuk kepentingan pekerjaan. Syukurlah pekerjaan saya tidak mensyaratkan bebas Skoliosis. Jujur waktu itu saya takut sekali, apalagi setelah browsing mengenai penyakit ini, informasi yang muncul seringkali mengerikan. 

Apakah Skoliosis berbahaya?

Skoliosis berbahaya jika itu sudah mengganggu kinerja organ vital dalam tubuh. pada beberapa kasus, derajat kemiringan skoliosis sudah parah sehingga mengganggu kinerja jantung atau paru-paru. Hal itu sebenarnya yang berbahaya. Derajat kemiringan yang tinggi juga mempengaruhi penampilan karena sangat terlihat pada physical appereance kita. Beberapa kondisi Skoliosis demikian terlihat sehingga salah satu bahu lebih tinggi yang juga diikuti tinggi kaki tidak sejajar yang menyebabkan penderita skoliosis harus menggunakan sepatu khusus. Skoliosis juga dapat menyebabkan nyeri punggung, meski tidak semua penderita Skoliosis mengalami hal tersebut.

Tanda-Tanda Penderita Skoliosis

Tanda-tanda penderita Skoliosis dapat diketahui dari penampilan fisik seperti, sebagai berikut:
  1. Salah satu pinggul tampak lebih menonjol.
  2. Penderita Skoliosis mungkin condong ke satu sisi.
  3. Salah satu bahu lebih tinggi dari bahu lainnya.
  4. Jika melakukan posisi rukuk, akan terlihat salah satu tulang belikat tampak lebih menonjol.
Jika memiliki ciri tersebut sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter untuk dilakukan foto rontgen. Semakin dini hal tersebut diketahui, semakin besar kesempatan untuk sembuh. Skoliosis yang terjadi di usia anak-anak, lebih mudah untukdikontrol dengan terapi serta melalui penggunaan brace atau korset. Apabila kondisi Skoliosis sudah terlalu parah hanya dapat disembuhkan melalui operasi dengan biaya dan risiko yang besar.
macam-macam brace skoliosis sumber: www.allyainnaz.net
Setelah berkonsultasi pada dokter, saya diminta untuk melakukan terapi rutin yang terdiri dari penyinaran tulang, penarikan, dan terapi listrik. saya juga diminta mengenakan korset selama 23 jam setiap harinya. Terapi yang diberikan kebanyakan berfungsi sebagai penghilang rasa nyeri yang disebabkan oleh Skoliosis. Sepanjang yang saya alami, saya tidak pernah merasakan nyeri tulang belakang, sehingga saya tidak terlalu merasakan perbedaan signifikan setelah terapi. Untuk penggunaan korset dimaksudkan supaya derajat kemiringan tidak bertambah. Berdasarkan yang saya baca, derajat kemiringan mencapai maksimal jika pertumbuhan sudah terhenti alias tidak pada usia puber lagi. Padahal saya baru mengetahui kondisi Skoliosis ketika dewasa. Tetapi saya tetap mengenakan korset sesering mungkin sebagai upaya pencegahan. Terapi lain yang saya jalani adalah olahraga berenang dan yoga atas rekomendasi dokter yang menangani.
Terapi berenang untuk penyembuhan skoliosis sumber: duniafitnes.com
Pernah saya merasa bahwa saya tidak akan sembuh, sarena saya baru mengetahui kondisi ini setelah saya dewasa. Namun dukungan keluarga membuat saya berhenti berpikir buruk, meskipun saya memang harus menjalani kondisi Skoliosis ini seumur hidup say, hal itu tidak akan menjadi penghalang bagi diri saya mencapai banyak hal yang saya inginkan. Justru dengan Skoliosis yang saya derita, saya mendapat banyak manfaat, salah satunya kini saya sudah pandai berenang. Selain itu saya menjadi peduli terhadap kesehatan daripada sebelumnya.
Saya pun sempat iseng menemukan beberapa selebriti terkenal seperti Shailene Woodley, Usain Bolt, dan Raisa yang juga mengalami kondisi Skoliosis, namun mereka tetap menikmati pekerjaannya dan menghasilkan karya luar biasa.
Seperti lirik lagu dari Pink yang saya ubah suka-suka, we're not broken just bend and we can learn to shine again.

artikel ini dapat dibaca di sini.


Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...