7 Mar 2021

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae)

FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah berbentuk bulat, terasa kenyal, dan bisa bergeser. Keberadaan FAM terkadang dapat dikenali dengan SADARI (periksa payudara sendiri) namun tidak jarang pula tidak teraba karena ukurannya yang kecil. 

Awal bulan lalu, saat melakukan Medical Check Up rutin dari kantor, saya baru menyadari adanya FAM di tubuh saya. Kebetulan dokter yang melakukan pemeriksaan ini perempuan, sehingga saya mencentang opsi untuk cek fisik payudara. Dan ternyata dokter menemukan benjolan di payudara kanan saya, kemungkinan ukuran diameternya 2,5 cm. Saya agak kaget karena memang tidak merasakan apa-apa, terasa nyeri atau sakit banget juga tidak. Mungkin hanya saat PMS saja jadi lebih sensitif, tetapi saya pikir hal itu lumrah terjadi. Kemudian dokter menunjukkan cara SADARI yang tepat, sehingga saya bisa merasakan sendiri benjolan yang dimaksud.

gambar dari pitapink-ykpi.or.id


Periksa awal dengan BPJS

Setelah hasil Medical Check Up dikirimkan, saya pun berdiskusi dengan suami, apakah akan menindaklanjuti pemeriksaan FAM ini. Akhirnya saya mencoba menggunakan fasilitas BPJS untuk konsultasi dengan dokter bedah. Awalnya  saya periksa ke fakes 1 dengan membawa hasil MCU dan meminta rujukan ke dokter spesialis bedah. Saat ini rujukan BPJS  sudah sesuai tanggal, jadi di pendaftaran kita memilih tanggal berapa kemudian sudah ada pilihan rumah sakit tipe D dan C yang tersedia. Saya pun memilih ke RS terdekat yaitu RSUD Johar Baru.

Saya datang ke rumah sakit sesuai dengan jadwal rujukan yang diberikan, sebelumnya saya telepon dulu untuk tahu persyaratan yang harus dibawa (FC KTP, BPJS, dan surat rujukan) dan jam praktek dokternya. beruntung hari itu rumah sakit sepi dan saya jadi pasien pertama saat datang pukul 8 pagi. Pemeriksaan yang dilakukan dokter bedah saat itu pemeriksaan fisik juga, dan dokter meminta saya untuk melakukan USG mammae supaya bisa dilihat secara keseluruhan. Sayangnya di RSUD Johar Baru belum ada dokter radiologi yang bisa mengoperasikan alat USG sehingga untuk pemeriksaan USG dirujuk lagi ke RS MMA Menteng.

Keesokan harinya saya ke RS MMA dan ketemu dokter bedah yang sama untuk dibuatkan surat pengantar USG dan dijadwalkan 5 hari ke depan. Karena dokter radiologi yang ada di RS MMA adalah dokter laki-laki, saya agak merasa canggung. Akhirnya saya mencari info untuk USG Mammae yang bisa dilakukan oleh dokter wanita dan ada di RS Evasari, biayanya 900 ribu termasuk konsultasi doketr radiologi. Biaya USG di tempat lain tidak bisa ditanggung BPJS karena atas kemauan pasien sendiri.

Saya berdiskusi dengan suami dan kami mencari RS yang terdekat dengan tempat tinggal supaya suami lebih mudah untuk bolak-balik ke tempat tinggal juga untuk mengurus anak kami yang masih balita. Akhirnya kami memutuskan tidak menggunakan rujukan BPJS dengan alasan lebih fleksibel dalam memilih RS dan dokter. Pilihan dokter bedah onko terdekat ada di RS Carolus, dengan dr. Erwin.

Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan hasil USG mammae, di situ disebutkan bahwa ada dua benjolan yang berdekatan di payudara kanan saya. Karena cukup besar (sekitar 1-2,5 cm) maka hanya bisa dihilangkan dengan operasi, terlebih dengan adanya faktor risiko, sehingga setelah operasi bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui jenis tumornya apakah ganas/jinak/kanker.

Penjadwalan Operasi

Saya pun dijadwalkan operasi dalam waktu seminggu setelah melakukan swab tes dan cek darah. Untuk foto rontgen bisa menggunakan hasil MCU karena masih dalam kurun waktu 1 bulan sejak rontgen terakhir.  Alhamdulillah hasil swab negatif, dan hasil cek lab siap untuk dilakukan operasi.

menginap semalam sebelum operasi

Operasi dijadwalkan pada Senin pagi, Rumah Sakit menelepon saya untuk masuk ke ruang rawat inap pada Ahad sore. Saya membawa pakaian untuk 3 hari, cemilan, ponsel dan buku untuk hiburan, tidak lupa membawa masker secukupnya untuk dipakai sehari-hari. Karena masih masa pandemi, pasien hanya diizinkan ditemani 1 orang pendamping dan tidak diperkenankan ada yang menjenguk. Suami hanya menemani sampai jam 9 malam saja dan datang lagi keesokan harinya sebelum operasi. Jadilah semalam saya sendirian aja. 

Pagi harinya saya tanya ke suster mengenai jadwal operasi, jadinya jam berapa. Ternyata operasi saya mundur di jam 13.00. Jadinya pagi saya masih santai-santai nonton TV, baca buku, minta jajain makanan ke suami. Setelah sholat dhuhur, saya disuruh suster untuk bersiap-siap ganti baju rumah sakit warna hijau, juga disiapkan kursi roda untuk anter saya ke ruang operasi.
Ruang operasi ada di lantai 4 atau 5 kalau tidak salah, di sana ada ruangan khusus untuk penunggu pasien, jadi suami cuma diperbolehkan sampai situ aja sementara saya masih lurus ke ruang operasi. Di ruang pra operasi sudah ada perawat yang menunggu dan menemani saya ganti baju operasi yang warna putih, ganti masker dan penutup kepala. Setelah itu saya disuruh berbaring, diukur tensi, disuntik infus dan ditanyain tentang lokasi benjolan lalu suster membuat tanda di lokasi tersebut pake spidol atau bolpen gitu, agak lupa dikit. 

Ketika dokter udah datang baru saya dipindahkan ke ruang operasi. Ini kali pertama saya masuk ruang operasi, ternyata tidak seperti yang saya bayangkan yang serba putih dan silau, ruang operasi tersebut lebih sederhana, saya tidak ingat warna ruangannya apa. Meskipun deg-degan banget rasanya, saya cuma berdoa aja komat-kamit. Saya langsung ditempatkan di bawah lampu besar yang cukup silau, lalu dokter Erwin datang dan menanyai saya sebentar, kemudian disusul dokter anastesi tapi dokternya beda dengan dokter yang saya temui sebelum operasi. Saya tanya tentang durasi waktu operasi (kira-kira satu jam), efek samping biusnya bagaimana? (pusing, mual, muntah). Lalu karena kedinginan saya minta tambahan selimut. 

Setelah menambahkan bius di infus saya, dokternya bilang, "Selamat tidur ya,". 
"Apa dok?" saya enggak ngeh. Setelah itu dokternya pergi dan saya tidak ingat apa-apa lagi.

Saya kebangun dan langsung sadar kalau sudah dioperasi, wah cepet juga ya, pikir saya saat itu. Yang saya rasain saat itu cuma agak pusing dan disuruh tiduran.
kemudian dokter datang dan memperlihatkan tumor yang berhasil di ambil dari tubuh saya, ternyata ada 2 tumor berdempetan dan 1 kista kecil. tumor tersebut sudah ditaruh di dalam wadah dan akan dianalisa di laboratorium untuk mengetahui tingkat keganasannya.
Setelah operasi saya masih dipantau post-operasi di ruangan selama 1 jam. Kemudian dibawa lagi ke bangsal, masih tidak diperbolehkan bangun, lagian saya juga masih ngantuk banget.
Setelah operasi sampai malam harinya saya cuma kebangun untuk sholat aja, sekitar jam 8 malam kerasa mual yang akhirnya muntah. Saya masih puasa karena kata perawatnya selama masih kerasa mual jangan makan dan minum dulu.

Keesokan harinya badan baru kerasa enakan, meskipun masih pusing yang  berputar-putar gitu, tapi udah mulai duduk. Saya pulang sore harinya, atau H+1 operasi. Untuk bekas jahitan tidak terasa nyeri apapun dan masih diperban hingga 1 minggu tidak kena air.
Setelah kontrol ke-2 saya baru dapat hasil analisa lab, yang alhamdulillah masih diberikan tumor jinak. Tumbuhnya FAM tersebut kata dokter sangat dipengaruhi oleh hormon, untuk pencegahannya adalah dengan bergaya hidup sehat, dan untuk makanannya tidak ada pantangan apa pun.

Sekian cerita saya tentang operasi FAM. Awalnya memang menakutkan tetapi saya merasa lebih baik setelah operasi ini sehingga tidak lagi khawatir dan bertanya-tanya yang berujung pada informasi yang menyesatkan.
Saya juga jadi lebih aware dengan asupan makanan dan olahraga, dan juga SADARI secara rutin.

26 Agu 2020

Rated Green Review

Awal WFH kemarin aku dapat paket SOCOBOX dari Sociolla. Isinya adalah paket perawatan rambut dari Rated Green. Rated Green sendiri merupakan merek haircare dari Korea Selatan yang berfokus pada bahan alami sebagai komposisi aktifnya. Di dalam SOCOBOX ini aku dapat dua produk dengan bahan utama ekstrak rosemary.


                                                  

Rosemary Balncing Scalp Pack

Aroma rempah rosemarynya benar-benar terasa karena memang bahan utamanya adalah coldbrew rosemary juice dan charcoal.
Teksturnya dan warna bisa dilihat di gambar ketiga ya. Creamy lembut berwarna kehitaman.
Klaimnya adalah memberi nutrisi di kulit kepala, terutama utk yg oily dan membuat rambut halus dan lembut.

🌸 Aku udah pake ini selama seminggu atau tiga kali pakai. Tipe kulit kepalaku normal, tipe rambut normal juga. Saat pakai terasa banget sensasi segar dari rosemary juicenya agak kayak mint berempah gitu baunya. Kepala berasa fresh dan pusing2 berkurang.

Habis dibilas dan rambut udah kering kerasa banget lembutnya, yg biasa muncul anak2 rambut jadi lebih mudah dirapikan.




➖ Cuman buat ngebilasnya butuh banyak air supaya enggak berbusa.
Kekurangannya lagi buat yg sensitif sama bau rempah2 mungkin agak nyengat ya, kalo buatku sih ok2 aja 👌

➕ fungsinya sesuai dg klaim di kemasan, bikin rambut halus, lembut, dan segar.
Kemasannya sachet tapi ada klipnya, jadi mudah dibawa2 dikala bepergian, dan saat disimpan di kamar mandi juga ga mudah tumpah.


Real Mary Energizing Scalp Spray

Ini semacam hair mist/tonic gitu. Tipe rambutku adalah normal, tetapi gampang rontok. Aku meggunakan produk ini setiap habis keramas (2-3 hari sekali) saat rambut setengah kering. Sejauh ini emang terasa bedanya, rambut rontokku jadi lumayan berkurang hingga 50% . 

🌸 Kemasannya bagus, ga terlalu gede/kecil, warna hijau dengan spray yg bisa disemprotkan langsung ke titik sasaran jg dilengkapi dg tutup.
🌸 Baunya herbal mint gitu, buatku sih oke aja karena aku penyuka bau fresh drpd yg wangi.


9 Jun 2020

L'Oreal Revitalift Eye Cream Review : Sebuah Perubahan

Kenapa perubahan? Karena aku memakainya dalam rangka antiaging menjelaang kepala tiga. Jadi ini perubahan besar yang awalnya enggak terlalu memperhatikan kondisi kulit karena cenderung normal, menjadi lebih aware karena mulai merasakan perubahan itu sendiri.

Aku memakai eye cream L'Oreal Revitalift dari akhir tahun 2019 lalu. Ini eye cream pertama yang aku coba.



komposisinya kalau aku lihat dari websitenya adalah:

AQUA / WATER, DIMETHICONE, GLYCERIN, SILICA, ACRYLAMIDE/SODIUM ACRYLOYLDIMETHYLTAURATE COPOLYMER, PRUNUS ARMENIACA KERNEL OIL / APRICOT KERNEL OIL, RIETHANOLAMINE, DIMETHICONE/VINYL DIMETHICONE CROSSPOLYMER, DIMETHICONOL, CAFFEINE, ISOHEXADECANE, ADENOSINE, DISODIUM EDTA, PROPYLENE GLYCOL, HYDROLYZED HYALURONIC ACID, HYDROXYETHYLPIPERAZINE ETHANE SULFONIC ACID, HYDROXYPROPYL TETRAHYDROPYRANTRIOL, POLYSORBATE 80, ACRYLATES/C10-30 ALKYL ACRYLATE CROSSPOLYMER, TOCOPHERYL ACETATE, PHENOXYETHANOL, CHLORPHENESIN, CI 77891 / TITANIUM DIOXIDE, MICA INNOVATION

dengan klaim seperti ini:
Powerful DERMALIFT: Conceived to help retighten the skin by replumping it. PRO-RETINOL A: Stimulates cell renewal to thicken the epidermis* to reduce wrinkles. CENTELLA ASIATICA: Helps improve skin’s density and plumpiness. *in vitro tests
Jadi dijelaskan kalau bahan aktfnya adalah PRO-RETINOL A yang menstimulasi regenasi/menebalkan sel bagian epidermis (bagian luar) sehingga bisa mengurangi kerutan. Dan CENTELLA ASIATICA atau PEGAGAN emang lagi hype di dunia per-skincare-an karena memiliki manfaatmenjaga kelembapan kulit dengan meningkatkan produksi sebum/minyak alami kulit.

Dan sekarang review hasilnya...

Untuk efeknya apakah pemakaian eyecream akan mengurangi kerutan dan dark circle, aku sendiri belum bisa bilang karena konon katanya fungsi eyecream baru akan menunjukkan hasilnya di usia lanjut ketika di masa lalu kita memang merawat diri.

Gicthuuu...

Aku mo review produknya aja ya, 

kekurangannya (-)

  • kemasan jar yang menurutku kurang bagus karena jadi kurang higienis aja, karena pemakaian tipis-tipis jadi enaknya tube.
  • teksturnya krim, berminyak, lengket dan agak berat, jadi mendingan dibawa tidur aja
  • baunya kayak salep, aku lihat karena enggak ada pewangi di komposisi,


kelebihannya (+)
  • ukurannya termasuk besar untuk eyecream, 15 ml. Padahal pemakainnya dioles tipis-tipis di mata. Jadinya bisa buat share in jar sama orang rumah. hehehe. Soalnya sayang kalau keburu expired.
  • Kalau ada bekas luka di mata, jadi gampang kering dan hilang. 

Ini pengalaman pribadi aku sih. Kapan itu aku pernah gemes sama milia di daerah kelopak mata, kupencet, eh keluar dong bijinya, tetapi meninggalkan luka. Jadi lukanya itu aku sembuhin dulu, tinggalah bekas luka yang lumayan, aku pastiin bekas lukanya udah kering baru aku oles-oles pake eyecream ini tiap hari. hasilnya bekas luka item kekelopek pelan-pelan dan akhirnya hilang tak berbekas.

Review ini supaya rehat sejenak dari berita corona, namun harus tetap waspada!

7 Jun 2020

Secret Key - Starting Treatment Essence (STE) Review

Hello!
Di usia yang udah enggak santai ini sudah saatnya memperhatikan produk perawatan kulit yang cucok. Awalnya kulitku normal, enggak ada masalah berarti kecuali jerawat menjelang mens dan bekas jerawat yang seringkali kukopek gemas. Namun menjelang kepala tiga, aku merasa kulitku membutuhkan lebih banyak kelembapan dibanding sebelumnya. dari normal jadi normal to dry- my new normal barangkali huhuhu.

Akhirnya aku memutuskan untuk membeli SECRET KEY Starting Treatment Essence.



Beberapa beauty blogger bilangnya 
SECRET KEY - STE ini dupenya SK II dengan harga yang lebih terjangkau (harga normal 300ribuan untuk 150 ml). Tapi jangan khawatir, produk ini sering banget diskon.

Klaimnya adalah: maintains moisturizing effect to your skin and revitalizing skin rhytm.

kelebihan SECRET KEY - STE adalah:

  • Produk ini mengandung #galactomyces yg fungsinya mengontrol produksi sebum >> mengurangi jerawat
  • Teksturnya cair kayak air tapi lebih kental dikiiiit, tak berbau cocok untuk yang sensitif soal bau-bauan. Biasanya ku tap-tap aja di muka langsung menyerap.
  • Packagingnya botol kaca yg keliatan mevvah dan cukup banyak menurutku 150 ml, dikirim pake box yang ada pengaman. Enggak tumpah maupun pecah 👍

Efeknya di diriku (normal to dry skin):
  • yes jerawat udah jarang muncul.
  • moisturizingnya enggak terlalu ngefek kalau digunakan sendirian. Jadi sebelum mengaplikasikan SECRET KEY - STE ini, aku menggunakan hydrating toner lebih dulu untuk mendapatkan efek maksimal. Kadang-kadang kalau aku merasa kulitku lagi kering banget, setelahnya masih aku oleskan pelembap.

Dan semenjak beli essence ini aku ketagihan buat nyobain essence lain, huhuhu.


19 Des 2018

Fimosis dan Sirkumsisi Bayi

Anakku udah bukan anak kecil lagi nih, lha wong udah disunat, udah perjaka katanya hahaha. Sebenarnya menyunat Faiz di usia bayi bukanlah pilihan pertama kami. Kami pikir nanti saja lah, saat dia sudah TK atau masuk SD. Namun karena diagnosis fimosis oleh dokter, terpaksa kami harus tega melihat Faiz sunat di usia 9 bulan ini.
Fimosis adalah kondisi saat kepala penis melekat di kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis. Kondisi tersebut umum terjadi pada bayi maupun anak-anak yang belum di sunat (sumber: alodokter.com). Mekipun pada sebagian kasus kondisi tersebut tidak menimbulkan masalah, namun ada beberapa kasus yang harus diwaspadai karena membuat bayi jadi gampang sakit hingga terkena infeksi.
Biasanya Faiz memang sebulan sekali demam setelah imunisasi. Bukan demam tinggi, sekitar 38oC aja dan rewelnya juga hanya sehari. Di usia 7-8 bulan kan tidak ada jadwal imunisasi dasar, karena nanti jadwalnya dari 6 bulan lalu lompat ke 9 bulan untuk imunisasi campak. Tapi saat itu Faiz tetap kena demam dan batuk pilek. Puncaknya di usia 8 bulan kemarin demamnya berlangsung selama 3 hari, memang ada batuk pilek juga karena tertular Bapaknya plus lingkungan di  daycare yang lagi banyak anak kena bapil. Karena udah 3 hari demam naik turun dan rewel, akhirnya kami membawa Faiz ke dokter Dewi Sp.A di RS Evasari. Oleh dokter diperiksa keseluruhan dan waktu dibuka popoknya, beliau bilang kalau ada kemungkinan fimosis. Faiz diberi obat batuk, pilek dan parasetamol drop, kami juga diberi surat rekomendasi lab jika di hari Senin demamnya belum mereda.
Hari Senin ketika dicek lagi, ternyata demam Faiz sudah reda, kami udah terlanjur lega dan berpikir kalau Faiz sudah sehat. Ndilalah, hari Kamis dia balik demam lagi dengan suhu yang lebih tinggi daripada demam sebelumnya. Aku coba tanya ke dokter Dewi dan beliau menyarankan untuk cek lab. Karena mikir biaya untuk cek darah sepertinya lumayan, kami pun membawa Faiz ke fakes 1, untuk mendapat rujukan ke dokter anak. Berdasarkan rujukan berjenjang yang diterapkan BPJS kini, kami harus ke RS tipe C dulu sebelum bisa dirujuk ke RS Evasari yang merupakan RS tipe B. Namun mengingat kondisi Faiz yang udah lemes, kami langsung tes darah dengan biaya pribadi di Evasari saja lah. Toh, kami pikir surat rujukan tersebut berlaku 1 bulan yang akan kami gunakan jika Faiz sudah mendapat diagnosa yang tepat.
Ternyata biasa tes darah di RS Evasari tidak semahal yang kami kira. Sekitar 100ribuan. Dan untuk bayi menggunakan jarum kecil yang diambil dari jari kiri. Faiz kaget dan menangis sebentar. Setelah mendapat hasil lab dan konsul dokter dengan biaya pribadi tersebut, kami baru ke RS tipe C untuk mendapat rujukan ke dokter subspesialis di RS tipe B. Mungkin kalau dipikir ribet untuk bolak-balik ya, tapi Alhamdulillah di Jakarta ini jarak rumah sakitnya berdekatan dan transportasinya mudah, ketika dijalani sendiri tidak terlalu ribet kok.
Dokter subspesialis yang menangani Faiz adalah dokter bedah anak dr. Iskandar Sp.BA. Beliau cukup sibuk, sehingga konsulnya pun curi-curi waktu di antara waktu operasi. Ketika dicek, dokter Iskandar langsung bilang, benar ini fimosis dan memberitahukan untuk segera operasi hari Kamis. Kami agak shock mendengar operasi hari Kamis, mengingat saat itu udah hari Senin. Kami tidak sempat bertanya lagi sama dokternya karena beliau udah keburu mau operasi pasien lagi. Setelah itu perawat yang datang dan menjelaskan perihal prosedur operasi dan surat-surat yang harus ditandatangani oleh pasien/keluarga. Aku lupa nama perawatnya tapi beliau benar-benar membantu banget menjelaskan prosedur operasi dan perisapannya tanpa membeda-bedakan pasien BPJS maupun bukan.
Oya, operasi sirkumsisi untuk bayi harus mendapat persetujuan dari dokter anak. Jadi meskipun Faiz udah dijadwalkan operasi hari Kamis, kami masih harus kontrol ke dokter anak untuk melihat kondisinya siap operasi atau tidak. Tadinya mau konsul ke dokter Dewi lagi, namun ternyata hari itu beliau tidak ada di jadwal dokter BPJS jadi kami ke dokter Lenny. Dan ternyata beliau tidak memperbolehkan untuk sirkumsisi sebelum bapil Faiz benar-benar sembuh. Berdasarkan yang aku baca sih, karena saat disunat nanti Faiz harus dibius total dan ketika ada batuk/pilek bisa membahayakan nyawanya karena lendir di tenggorokan/kerongkongan bisa menghalangi jalan napasnya saat operasi berlangsung. Kan serem ya, jadi mending operasi ditunda sampai Faiz udah sehat bener.
Faiz dikasih obat supaya sembuh dan disuruh kontrol lagi setelah 5 hari. Dalam 5 hari tersebut bapilnya udah sembuh dan Faiz dinyatakan sehat, namun dokter Lenny minta cek lab ulang karena hasil lab sebelumnya udah kelamaan kalau dipakai untuk pertimbangan operasi mendatang. Cek darah yang ini ternyata lebih lengkap, terus Faiz ditusuknya pakai jarum agak gede gitu di lengan kiri. Pas aku sendirian lagi yang anter, jadinya pas dia nangis disuntik, aku ikut mewek dong huhuhu.
Jadwal operasi sirkumsisi Faiz hari Kamis, namun kami disuruh datang Rabu sore untuk persiapan. Malamnya sih cuma ditimbang dan cek suhu badannya, masih riang dia. Paginya dokter menyuruhnya untuk puasa makan dan ASI selama 8 jam. Bayangkan dong, bayi kecil disuruh puasa makan minum 8 jam itu gimana ya rasanya. Selama itu pula kami harus tega menghadapi kerewelannya karena kelaparan dan nyeri jarum infus.
Si bayi dan Si Bapak nunggu dokter sebelum operasi

Tibalah saat operasi. Deg-degan banget. Mungkin dibilang lebay ya, halah cuma sunat ini, semua laki-laki muslim juga sunat biasa aja kok. Ternyata begini rasanya punya anak. Mungkin kalau Faiz udah TK atau SD kami enggak bakal sedeg-degan ini. Waktu itu aku nyuruh suami aja yang ikut masuk ruang operasi, enggak tega soalnya membayangkan Faiz dibius terus harus kutinggalin buat operasi. Apalagi nanti ketika dia udah sadar dan merasa sakit gimana ya. Suami cuma boleh mengantar hingga ruang perantara, kemudian dia balik lagi buat nemenin aku. Kami cuma bisa nungguin dan berdoa yang terbaik untuk Faiz. Saat aku nengok ternyata suami diam-diam nangis. Haduh, padahal aku yang udah mau nangis, enggak jadi deh, akhirnya aku kuat-kuatin menghibur suami. Kan, enggak lucu kalau kedua orangtua nangis nungguin anaknya yang lagi disunat.
Operasinya berlangsung 25 menit, enggak lama kan. Begitu operasi selesai suami dipanggil untuk menyadarkan Faiz (soalnya dia yang ganti pakai baju ruang operasi yang ijo-ijo itu lho). Setelah sadar dan nangis keras, Faiz dipindah ke ruang antara untuk dipantau kondisinya pasca operasi. Aku tanyain, apa boleh langsung disusuin? Karena sepertinya Faiz nangis karena lapar. Ternyata boleh, aku ganti baju ijo-ijo juga dan nyusuin Faiz sementara dia masih dipasang alat untuk memantau jantung. Satu jam setelahnya dan kondisi pasca operasi dinyatakan baik, kami diberikan penjelasan oleh perawat tentang perawatan pasca operasi sirkumsisi, yaitu:
  • -          Jangan dipakein pospak dulu, gunanya adalah agar cepat mengetahui kapan anak pipis
  • -          Setelah pipis, cuci penis dan sekitarnya dengan sabun dan air bersih
  • -          Keringkan dengan handuk bersih atau kasa (mbak perawat menyarankan pakai kasa steril biar praktis dan jelas bersih)
  • -          Oleskan salep antibiotic
  • -          Pakaikan celana longgar/ celana sunat
  • -          Harus tega!

Benar-benar harus tega, soalnya lukanya masih merah banget ditambah dengan benang operasi yang kelihatan di jahitannya. Terus tiap kali dia pipis nangis keras banget dong. Alhamdulillah Faiz rewelnya 3 hari doang, setelah itu dia kembali ceria. Setelah kita kontrol ke dokter Iskandar juga udah bagus, kata beliau. Cuma aku baru berani pakaikan pospak lagi setelah 2 minggu, aku juga nyewa bouncer yang agak gede buat bobok karena takut dia guling-guling. Soalnya waktu itu dia lagi hobi banget guling-guling kalau ditaruh di karpet/kasur.
Pasca operasi, pake celana sunat :D

Alhamdulillah, sekarang Faiz udah sehat dan ceria. Dia juga udah enggak gampang demam. Semoga dengan enggak gampang sakit, tumbuh kembang Faiz jadi semakin optimal J

x

25 Mei 2018

Review Breastpump (Malish Celia, Spectra Q, Unimom Allegro)

Sebagai seorang ibu bekerja, kegalauan setelah cuti mulai habis dan harus segera ngantor lagi adalah memenuhi target ASI Eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan. Karena itu kemarin selama cuti aku sempat galau mau beli pompa elektrik yang mana. Apalagi sekarang ini bermunculan merek-merek baru dengan tipe mutakhir yang memudahkan para ibu supaya makin bersemangat memberikan ASI buat bayinya.
Setelah kegalauan yang panjang, akhirnya kemarin sebelum cuti melahirkan habis, aku nyobain tiga pompa elektrik yang setelah saya cari tahu di internet, adalah pompa-pompa yang kemungkinan akan kubeli.Ya katanya kan pompa ASI itu cocok-cocokan, takutnya ketika terlanjur beli mahal, eh enggak cocok kan sayang. Kalau rental berasa udah yakin duluan gitu karena udah nyobain langsung.

1. Malish Celia

Pompa ini aku rental di rental pompa asi rekomendasi para busui se-DIY yaitu Ajun Breastpumprent. Tadinya mau ngerental spectra 9+ yang hits itu tapi ternyata lagi gak ready, akhirnya si Emak Ajun nyaranin si elegan Malish ini yang bisa dobel pump dan batre recharge, jadi enggak bingung nyari colokan. Eh begitu pompanya datang, daku pun bingung kenapa botolnya cuma satu? padahal kan aku pesennya dua, ternyata Emak Ajun salah kasih pompa, yang celia single. Yah daripada nunggu lagi, udahlah single juga boleh yang penting happy :D
mohon maaf gambarnya ngambil dari ig pemilik rental @ajun_breastpumprent karena yang pertama enggak sempat motret.
Pertama kali pakai pompa elektrik agak canggung gitu, suaranya aneh, tapi enggak sampe berisik. Asiknya si Celia ini enggak kerasa nariknya tiba-tiba udah penuh aja. Terdapat 9 level massage dan 9 level hisap. Pernah pake massage sampai 9 enak-enak aja, kalau hisap maksimal tahan di level 5. Modenya kita sendiri yang ganti, jadi enggak otomatis ganti. Dan si Celia ini dalam 30 menit otomatis mati.

Plus:
- bentuknya elegan (penting), warna hitam putih dengan garis ungu, mesinnya enteng, udah gitu touch screen jadi enggak perlu mencet keras.
- udah closed system, jadi ASI enggak bakal masuk ke mesin.
- batre bisa dicharge, praktis.
- silikon jadi satu sama valve, ini yang bikin pijatan celia nyaman dan ASIP mengalir lancar.
- ada konverter ke botol standar neck (aslinya wide neck)
- bisa upgrade jadi dobel pump (dengan membeli kit terpisah)

Minus
- ukuran mesin rada bulky, meskipun lebih enteng kalo dibandingin spectra 9+
- harga sparepart masih agak mahal daripada BP lainnya
- enggak ada konverter untuk jadi pompa manual

2. Spectra Q

Pompa elektrik yang diklaim sebagai pompa kecil dan ringan dari spectra. Emang bentuknya imut tipis gitu, harganya juga terjangkau untuk kategori pompa elektrik, sekitar 700-800ribuan. Sayangnya baterai yang digunakan belum recharge. Oya, pompa ini aku rental di @sewapompaasijogja yang melayani COD di wilayah Jogja, jadi lumayan praktis enggak perlu bungkus-bungkus anter biaya ongkir :D

Printilan Spectra Q
Sejujurnya pas pertama buka boxnya yang kupikirkan adalah printilannya banyak banget hahaha. Soalnya kalau spectra ini kan valve sama silikon terpisah. Pemakaian pertama aku nyobain mompa enggak pakai silikon. Soalnya berdasarkan baca-baca testimoni para pengguna, silikon spectra ini enggak terlalu nyaman dipakai, malah bikin hasil perah enggak maksimal. Dan ternyata pompa spectra menggunakan mode otomatis fase pijat-hisap gitu yang awalnya kenceng bertujuan untuk memancing LDR. Haduh, kaget pas nyobain karena enggak biasa sekenceng itu sebelumnya. Kemudian aku coba pake silikonnya kan, siapa tahu bisa lebih smooth gitu. Ternyata malah bikin meleber, hiks.
Berhubung udah disewa ya aku mencoba untuk beradaptasi dan alhamdulillah hasilnya lumayan juga setelah agak terbiasa. Ada 7 level massage maupun hisapan dan aku cuma berani di level 4 untuk keduanya.
Hasil perah dengan Spectra Q
Plus:
- harga relatif lebih murah
- bentuk simpel dan kecil
- closed system
- bisa diupgrade jadi dual pump
- merek terkenal sehingga sparepart mudah dicari dengan harga yang lebih murah
- ada konverter manualnya (dibeli terpisah)

Minus:
- printilannya banyak, jadi banyak juga yang harus dicuci
- belum recharge battery, harus dicolok atau bisa pake powerbank (tapi aku lebih mantep dicolok)
- buatku hisapannya terlalu kenceng
- bantalan silikonnya berasa kurang berguna

3. Unimom Alegro

Ini pompa terakhir yang aku sewa. Sewanya di @babyrental_jogja nama pemiliknya Mbak Santi. Tadinya mau sewa unimom forte yang ternyata berat banget, untungnya pas banget yang alegro ini habis dibalikin, cus langsung pinjem, dapat dobel pump pula hehehe.
Selama nyobain pompa ini menurutku nyaman aja aku pakai hingga level 7-8 untuk massage dan hisapnya di level 5-6. Aku pakai untuk single maupun dobel juga nyaman-nyaman aja. 

sendiri
berdua
Sayangnya printilannya lebih banyak daripada spectra Q, terus yang membuatku rada enggak sreg adalah desain corongnya berlekuk tajam yang membuatku susah membersihkan pojokan-pojokan. 
printilan unimom alegro

lekuk corong yang bikin galau
Plus:
- closed system
- harga lebih murah meskipun beli dual pump (dibeli terpisah)
- sparepart banyak yang jual
- ada konverter manualnya (dibeli terpisah)
- rechargeable battery

Minus:
- printilannya lebih banyak dari spectra Q, jadi banyak juga yang harus dicuci
- seperti spectra juga bantalan silikonnya berasa kurang berguna
- desain corong yang kurang ergonomis jadi sulit dibersihkan

Dari review di atas bisa ditebak enggak akhirnya aku beli pompa yang mana?
Jawabannya ada di postingan selanjutnya, biar panjang hehehe.
Semoga membantu ya, buibuk yang masih bingung dengan pilihan pompa ASI elektriknya.

Disclaimer: postingan ini bukan postingan berbayar, dibuat seobjektif mungkin berdasarkan pengalaman pribadi penulis yang tentunya akan berbeda dengan pengalaman orang lain meskipun menggunakan barang yang sama.


10 Apr 2018

Lika-Liku Memilih Dokter Kandungan yang Klik di Hati (part 2)

postingan ini merupakan lanjutan dari sini.

Yogyakarta

Di akhir kehamilan 36 weeks, aku mengambil cuti melahirkan dari kantor. Setelah menimbang-nimbang dua alternatif transportasi: pesawat atau kereta api, akhirnya aku dan suami memutuskan untuk menggunakan transportasi kereta api.

Pertimbangan kami karena kereta api cenderung lebih fleksibel untuk para bumil. Aturannya enggak seribet pesawat terbang dan tidak ada maksimal usia kehamilan (kalau pesawat beda-beda tiap maskapai, paling mepet pakai Garuda-34weeks) asalkan kandungan sehat (dengan surat dokter).
ketentuan bumil naik kereta
sumber twitter @KAI121
Dua hari setelah pulang ke Jogja, aku memeriksakan diri ke dokter kandungan. Aku memilih untuk periksa di RS PKU Kotagede dengan dokter Arsy. Sebelumnya memang sempat browsing-browsing dan tanya ke orang-orang untuk rekomendasi dokter kandungan di Jogja. Dan aku pengennya yang deket rumah supaya cepat sampai rumah sakit kalau kontraksi udah terasa.

Dokter Arsy orangnya lemah lembut dan selow, metodenya wait and see gitu, jadi sebagai pasien enggak terlalu cemas akan lahiran. Oya, pas di Jakarta kan aku dibilangin kalau kondisi tali pusar janin ada di bawah, tapi belum tahu ya nutupin jalan lahir atau enggak. Jujur, hal ini sempet bikin aku agak cemas. Dan alhamdulillah setelah dapet penjelasan dari dokter Arsy mengenai tali pusar yang masih normal meskipun ada di bawah, aku jadi tenang deh.

Jadi periksa kandungan di RS PKU Kotagede biaya dokternya 80.000 rupiah, kemudian biaya USG tanpa print 50.000 rupiah, ditambah pendaftaran 20.000 kalau enggak salah. Total 150.000, lumayan juga sih kalau tiap minggu keluar uang segitu, jadi pemeriksaan selanjutnya aku berniat pake BPJS aja. Untungnya seminggu sebelum pulang suami udah ngingetin untuk pindah fakes 1 di Jogja, sehingga saat nyampe Jogja BPJSku udah langsung bisa digunakan. 😊

Beberapa hari kemudian aku periksa ke puskesmas, niatnya sih untuk cari rujukan biar bisa periksa langsung ke RS. tetapi rupanya enggak boleh selama kehamilan masih normal. Jadi dua kali periksa di puskesmas. Pemeriksaan yang kedua bu bidan bilang kalau janinku kecil untuk usia kandungan yang udah 38 weeks, kemudian beliau memberikan surat rujukan ke RS PKU Kotagede. Hari itu Selasa siang ya, saking cemas dan waswas, enggak sabar nunggu besok pagi untuk cek kandungan, maka Selasa malam setelah siangnya dibilang ukuran anak bayi di perut kecil, aku langsung periksa ke RS Bhakti Ibu yang ada di Golo. Kebetulan malam itu diperiksa oleh Prof. Anwar. Menenangkan banget diperiksa sama beliau, enggak ada masalah kata beliau, insya Allah bisa lahir normal. Waktu itu aku merasa plong, lega gitu setelah tadinya panik dan cemas.

Jadi setelah malamnya pulang, enggak bisa tidur sampai tengah malam. Mungkin terlalu excited dan bersyukur enggak kenapa-kenapa. Yak, jam 2 pagi merasa ada yang aneh, basah gitu. Curiga kalau itu yang namanya ketuban, akhirnya aku browsing di internet, baca buku KIA pink, dan whatssap suami. setelah agak yakin kalau itu air ketuban yang merembes, aku membangunkan orangtuaku untuk dianterin ke RS terdekat, RS PKU Kotagede.

Dua puluh jam selanjutnya adalah perjuangan melahirkan yang tidak terlupakan meskipun sudah agak lupa bagaimana rasanya 😋
Oya, saat akan melahirkan, aku ditanya oleh perawat di sana, mau melahirkan dengan dokter Arsy (dokter yang udah periksa aku sebelumnya) atau dokter mana pun yang stand by. Waktu itu aku memilih dokter Arsy dengan pertimbangan beliau sudah pernah periksa aku sebelumnya, jadi lebih terinformasi gitu. Alhamdulillah, aku bisa lahiran dengan normal sesuai harapanku saat hamil, meskipun dengan banyak drama.

Jadi kesimpulannya, selama di Jogja aku enggak banyak melakukan safari dokter karena keterbatasan waktu. Namun untuk bagaimana cara melahirkan, dimana tempatnya, dan siapa dokter maupun bidan yang akan membantumu melahirkan, sebaiknya sudah dicari tahu sebelumnya sehingga calon ibu bisa lebih tenang saat menghadapi persalinan.

Happy Mom, happy baby, happy family!

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...