4 Agu 2014

menghargai setiap profesi

Halohai, sapaan setelah lebaran ini. Kemarin lagi iseng nonton sinetron favorit emak, sinetron abege yang tayang stripping tiap malem di s*tv. Ceritanya si tokoh utama keluarganya lagi bangkrut lalu kerja jadi pembantu rumah tangga di rumah pacarnya. Terus ketahuan sama cewek jahat yang sirik sama dia, lalu dijadiin bulan-bulanan di kampus. Si cewek jahat bilang kalau profesi pembantu rumah tangga itu sama aja kayak babu, profesi hina dina. Fyuh. Mungkin di dunia nyata ada juga ya orang kayak gitu, ngerasa udah banyak duit, lantas merasa pekerjaan tertentu yang menghasilkan duit di bawah dia itu pekerjaan yang bukan apa-apa. misalnya pembantu rumah tangga, petugas kebersihan, atau pelayan restoran/toko yang pekerjaannya dipandang sebelah mata. Padahal di jaman modern ini, sebenarnya udah enggak ada lagi gitu ya, istilah babu dan majikan. Di jaman modern semua profesi punya peran yang sama, yang ada hanyalah hubungan timbal balik alias simbiosis mutualisme. Enggak ada istilahnya pembantu rumah tangga harus tunduk sama majikan. Karena pembantu rumah tangga menyediakan jasa, dan majikan adalah konsumen yang menggunakan jasa itu. jadi misalnya ada orang butuh tenaga buat berberes rumah, nyapu, cuci piring dll. lalu ada yang bersedia memenuhi pekerjaan tersebut kemudian mereka deal. Misalnya ada yang kurang beres, konsumen atau majikan boleh saja protes dan kemudian penyedia jasa, alias pembantu memperbaiki kesalahannya. Tetapi enggak lantas si majikan teriak-teriak, menghina dan merasa dirinya lebih bermartabat daripada pembantunya. Sudah selayaknya tiap orang saling menghargai sesamanya. Semua profesi itu sederajat, enggak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah, karena semua dikerjakan dengan penuh dedikasi terhadap pekerjaannya. Hari gini merasa sudah tinggi hanya karena profesi? Cek dulu attitudemu. Karena terkadang kita sering enggak sadar dan menilai diri terlalu tinggi.

9 Mei 2014

sepotong senja dari pakpak bharat *)


adalah sepotong foto yang kukirimkan padamu beberapa waktu yang lalu.
senja berwarna ungu dengan semburat oranye kemerahan, seakan-akan sang khalik sedang ingin melukis langit, menumpahkan segenggam cat merah ungunya untuk menjadikan warna langit sore itu menjadi begitu menakjubkan.
sore itu istimewa, pun senja yang menghiasinya. mungkin sebab itu, kukirimkan sepotong senja itu padamu, senja berbayang-bayang pohon kelapa di belakang pondokanku. mungkin sejak saat itu, mungkin sebelumnya, mungkin sesudahnya, mungkin entah kapan, tiba-tiba saja kamu pun menjadi teramat istimewa buatku.

*) judul cerpen Seno Gumiro A. "Sepotong Senja untuk Pacarku"

23 Des 2013

bahagia dalam kesederhanaan



hari Selasa tgl lapan, aku dan kak eci mengunjungi Desa Mahala bersama Kak Juliana. Desa Mahala adalah desa terjauh di kecamatan Tinada. desa paling pelosok di daerah yang sudah pelosok kalo aku yang disuruh bilang. kami bonceng tiga tanpa helm di kepala dengan jalanan menikung naik dan turun. melewati ladang, kebun, jembatan, hingga batas kecamatan. jangankan indomar*t, warung kelontong pun tidak kami temui di desa itu.
kami berhenti di depan rumah papan mungil yang ditinggali oleh Pak Sahdin Solin dan keluarganya. kehangatan keluarga itu menyambut kedatangan Kak Juli (dan semoga juga kami). ada Pak Solin, Bu Solin, anak-anaknya, menantunya, cucu-cucunya yg msh balita, Kak Juli, saya dan Kak Eci. kami berbincang agak lama ditemani kopi Pakpak yg menghangat. meskipun masih roaming dengan bahasa setempat, saya ikutan senyum dan ketawa saja tanpa mengerti artinya. mungkin benar apa yg pernah Kak Juli katakan di perjalanan tadi, kita tidak bisa membuat penilaian tentang seseorang dari pnampilan atau tempat tinggalnya saja. rumah papan mungil berbatasan dgn jurang dan lereng perbukitan yg curam. toh, rezeki memang sudah ada yang mengatur, toh rezeki memang punya tempat yg luas bagi mereka yg mau berusaha. dengan kesederhanaan beliau, Pak Solin memiliki 8 hektar ladang gambir produktif. nyatanya kebahagiaan tidak bisa diukur hanya dgn rumah besar dan akses terhadap kebutuhan yang demikian mudah.
mungkin bagi Pak Solin, seperti sebagian besar penduduk di sini, di Mahala, bahwa kesederhanaan adalah cara paling simpel untuk berbahagia. 

rumah papan yang banyak ditemui di sana
Fyi, kak Juli adalah penyuluh Balai Pertanian kecamatan

22 Des 2013

doorprize dan takdir tuhan


hari jumat tanggal empat kami diundang Pak M***k dari kasi pemuda daerah setempat, untuk ikut senam pagi bersama dan upacara peringatan HAORNAS. kami sudah berharap dapat tivi, atau paling tidak magic com. namun ternyata, di antara 10 anak PSP3 yg ikut, cuma Ani yg dapat doorprize, sesuai doaku, dia dpt payung. karena bulan ini sudah masuk musim hujan dan tak seorang pun dari kami yg memiliki payung. tapi doaku yg lain, supaya dapat tivi tabung 21" belum bisa dikabulkan. kupikir tuhan selalu tahu, apa yg benar-benar dibutuhkan oleh hambanya. 
mungkin saat ini kami memang tidak begitu membutuhkan tivi.
*hari-hari tanpa tivi di pelosok sumatera bagian utara

22 Agu 2013

Jelajah Batu


                Kami tiba di jatimpark 2 pada pukul 15.30. ternyata Jatimpark 2 atau Batu Secret Zoo itu bagus banget. Denger-denger juga merupakan satu-satunya kebun binatang di Indonesia yang dapat sertifikat internasional. oke deh, emang harga berbanding lurus dengan kualitas. Begitu turun dari kereta mini, kami langsung disambut dengan bangunan tinggi ala-ala gedung mahkamah agung RI atau gedung Lincoln Memorial yang ada di amrik, ternyata itu adalah museum satwa. Di dalamnya ada replika fosil gajah purba alias mammoth dan dinosaurus yang menjadi ikon museum tersebut, sayangnya kami tidak sempat masuk karena jam main kami yang terbatas. Ngomong-ngomong museum itu juga dipakai syuting oleh salah satu merk susu balita lho (setelah memperhatikan iklan d*ncow).
                Pintu masuk batu secret zoo ini satu kompleks dengan hotel yang dinamai pohon inn. Lucu gitu kalo dilihat dari luar, berbentuk batang pohon raksasa, yang ternyata adalah hotel. Kami masuk dengan tiket terusan dan mengenakan jas hujan (gerimis bok).
                Enggak banyak yang bisa saya ceritakan di sini, lelah dan senang berbaur menjadi satu, enggak ngerti deh namanya apa. cukuplah gambar mewakili jutaan kalimat yang ingin saya tulis.
 
bertatapan langsung dengan si raja hutan

Jam menunjukkan pukul 16.30. cuaca yang mendung dan gerimis sempat bikin kami mengira saat itu sudah mau maghrib. Takut ketinggalan angkot menuju terminal, kami cus deh dari situ, bubye Batu, see u next time. kapan-kapan lah kami mampir ke museum satwa :D

24 Jun 2013

Trip to Malang #1

              Akhirnya, setelah menunggu dua tahun lamanya, keinginan saya untuk merasakan udara Bromo terwujud. Alhamdulillah.
                Hal ini bermula ketika saya dan dua teman saya, sebut saja akhir dan woro, sedang bosan dan ingin jalan-jalan. Kayaknya itu hari senin atau selasa gitu, saya habis disms nurani, katanya dia lagi di malang dan mengajak kami untuk main ke sana. Berhubung bulan lalu saya dan woro udah jalan-jalan di dalam kota, kami membuat agenda untuk luar kota. awalnya sih kami mau ke solo, tapi saya enggak terlalu suka solo, soalnya udah pernah ke sana dan transportasinya enggak terlalu fleksibel. Tiba-tiba tercetuslah ide lama itu, ke Bromo. Maka kami searching transportasi dan bermacam biaya untuk ke sana, dan memutuskan untuk berangkat hari Jumat lalu pulang minggu malam, sehingga tiba kembali di jogja senin pagi.
                Ternyata keesokan harinya saya dapat kabar, ada tes di hari senin, pagi pula. Walhasil saya bingung. Menunda keberangkatan mungkin seminggu lagi. saya tanya ke akhir dan woro dan akhirnya kami memutuskan untuk memajukan saja jadwal keberangkatan, karena kalau dimundurkan kemungkinan batalnya akan lebih besar.
                Berbekal petunjuk dari Yusna dan Fitri, teman saya yang sedang di Malang, kami membuat jadwal dan rancangan biaya serta transportasi ke sana. Hari kamis sore, saya ke kos woro untuk menitipkan bawaan saya, satu ransel besar berisi keperluan untuk tiga hari. Kemudian malamnya kami berangkat bareng dari kos woro menuju stasiun tugu. Ohya, kami memakai angkutan kereta api Malioboro ekspress, 80000 kelas bisnis untuk jogja-malang. Kereta api berangkat pukul 22.15 dari stasiun tugu. Di dalam kereta saya duduk di sebelah mas-mas yang baru pulang wawancara kerja, kursinya enggak nyaman, bikin saya susah tidur.
                Kami tiba di stasiun Malang baru pukul 05.30 lebih cepat beberapa menit dari jadwal. Turun dari kereta, kami mencari mushola untuk sholat subuh dan cuci muka. Beberapa saat kemudian matahari terbit, kami masih stay di musola berhubung masih ngantuk karena enggak bisa tidur malemnya. Eh, ternyata ada larangan tidur-tiduran di dalam mushola, yasudah deh, saya tiduran sambil duduk. Berhubung matahari sudah naik sepenggalah dan kami masih di musola, kami sholat dhuha dulu baru melanjutkan perjalanan.
saya, woro, akhir sblm meneruskan perjalanan (stasiun malang baru)

                Rencananya kami menginap di kos yupi, lalu berangkat ke bromo malam hari. Hari masih pagi, kami keluar dari stasiun dan berharap bisa sarapan sambil ngeteh. Setelah diskusi bertiga, diputuskanlah untuk sarapannya sekalian ke Batu. Setelah bertanya pada petugas stasiun tentang transportasi ke batu, kami foto-foto dulu deh sebelum nyegat angkot :p



                Oya, kami menemukan SMA N 1 Malang, sekolah teman sekelas kami dulu, Sandi, dan pose-pose alay dulu di depan tulisannya, kata woro sih mau dipamerin ke sandi.
                Sesuai petunjuk pak stasiun, kami nyegat angkot ADL untuk membawa kami ke terminal landungsari. Tadinya ditawarin, nyarter angkot langsung ke Batu 200rb bertiga, yakali kita kaya (aamiin), lagi nggembel begini. Kami tolak angkot tersebut dan mencari angkot yang beneran. Ongkos angkot ke terminal 2500 saja. Sampai di terminal, kami bingung katanya dari tempat angkot berhenti ke jatimpark masih harus jalan jauh. Akhirnya kami mikir dulu, karena mikir bikin laper, nyari warung makan lah kami untuk sarapan. Untungnya nemu warung makan di terminal, saya dan akhir pesen soto ayam, 5000 saja. Woro pesen nasi rames setengah porsi yang semena-mena karena setengah porsi kuli (alias dua kali porsi normal kami) 5000 juga plus teh hangat 2000. Soto ayamnya soto lamongan, ada irisan telurnya ¼ butir, dengan porsi yang mengenyangkan hohoho.
                Sambil makan, kami bertanya-tanya sama pembeli yang lagi makan di sebelah dan pemilik warung. Memang tidak ada angkot yang langsung menuju jatimpark, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh kok kalau ditempuh jalan kaki. Petugas stasiun menyarankan kami untuk naik bus, sedangkan mbak-mbak sebelah bilang pake angkot. Akhirnya kami pakai angkot ungu ke jatimpark, pak supir menawarkan untuk mengantar hingga jatimpark 1, tapi tarifnya jadi 6000/orang, kami iyain aja, udah capek bawa ransel berat L.
                Sampai di jatimpark, kami bingung lagi –oh plis- soalnya ada tiket terusan yang lebih murah. 150rb untuk 4 tempat: jatimpark 1-2, ecogreenpark, dan BNS. Kalo satu tempat saja (tiket wiken, hari itu jumat): jatimpark1 65rb, jatimpark2 90rb, ecogreen 40rb, BNS 15rb. Dan ada tiket terusan untuk dua tempat: 120rb jatimpark 1-2, 90rb jatimpark1-ecogreen, 150 jatimpark2-ecogreen. Hari itu sudah agak siang dan kami diburu waktu, dan katanya jatimpark2 itu keren, makanya kami beli tiket terusan untuk jatimpark1-2.
                Saya udah pernah ke jatimpark1 tapi dulu, saat smp. Kayaknya waktu itu masih sepi gitu, dan saya belum punya kamera, jadinya kenangan berupa foto ada di kamera teman-teman smp. Sebenarnya kami mau nyewa loker untuk nitipin tas, berhubung ransel kami berat banget kalau harus dibawa berekreasi. Tapi eng ing eng, ternyata yang bisa dititipkan hanya makan besar berupa nasi, dan pak petugasnya bilang nitip aja di loker kolam renang (yang jauh banget dari pintu masuk/keluar). Terpaksa deh, kami menenteng tiga kilo ransel huhuhu T.T. Jatimpark 1 lebih banyak rekreasi edukasi kayak taman pintar. Ada arena pengenalan nusantara, fisika, kimia, biologi dan sejarah.
               

nyamain bibir
woro found her love
look so happy :D
 Setelah arena edukasi, ada arena mainan, nah kolam renang ada di sana, tapi kami harus muter-muter naik-turun untuk mencapainya. Dan ternyata kolan renang ada di bagian akhir wahana, enggak gitu guna juga sebenarnya nitipin ransel ini. Saya yang merasa 120rb akan sia-sia kalau enggak main, membujuk akhir untuk ikutan naik wahana. woro udah kecapekan dan memilih menunggu daripada tambah pusing kalau naik. Dan begitu saya mau naik,eh, enggak ada pengunjung lain yang mau naik juga, padahal minimal ada empat orang supaya seimbang. Untung mbak petugasnya baik hati, dia mau nyariin orang yang naik. Katanya, “masak bayar tiket mahal-mahal, ke sini cuma untuk duduk-duduk aja,” sepakat mbak, batin saya. Saya lupa nama wahanya apa. awalnya sih oke, dipasangin pengaman badan sampe bunyi klik dan mepet banget ke badan saya, lengan saya kerasa sempit. Dan kami diangkat dan diputer-balik badan-kepala di bawah-menghadap tanah-entahlah, diputer pertama saya udah enggak berani buka mata, sementara akhir masih ketawa-tawa. Jeritan korban saya (hasil bujukan mbaknya) menuai tatapan ingin tahu para pengunjung lain, wahana yang tadinya sepi jadi ramai deh. Saat itu jumat siang, dan wahana tersebut satu-satunya yang beroperasi soalnya operatornya cewek (enggak sholat jumat). Begitu selesai, perut saya kocak, sendal-sendal bertebaran, bahkan ada mbak-mbak yang sampai nangis saking takutnya. Oh, kapok cukup sekali saya naik itu. tapi kayaknya berkat kami, jadi ada antrean di wahana tersebut :p
                Setelahnya kami ke arena bombomcar, tetapi masih istirahat, mau nunggu ya kok lama. saya dan akhir naik ke beberapa wahana lain (yang dirasa lebih aman daripada yang pertama). Lalu solat dhuhur di musola. Eeh, ternyata malah hujan, kami nunggu sebentar dan pakai jas hujan demi keamanan. Saat mau pulang sebenarnya akhir dan woro pengen ke rumah pipa, tapi saya pusing, makanya saya milih nunggu di deket pintu keluar. Saya nunggu lumayan lama sambil tidur. Kayaknya gara-gara belum makan siang atau mungkin jetlag –halah-. Ternyata mereka berdua enggak jadi ke rumah pipa karena pakai acara basah-basahan (hemat baju ganti/hujan/males basah). Jadi deh kami keluar.
                Jam sudah menunjukkan pukul setengah3, langit agak gelap dan gerimis. Kami tetap memutuskan ke jatimpark 2 meskipun badan udah payah. Habisnya 90ribu sayang banget kalau dilewatkan. Dari jatimpark1 ke 2 naik kereta mini, sekitar 7 menit udah nyampe. Waktu itu kami pengunjung terakhir yang pakai kereta mini, berasa kereta Cuma milik bertiga, hahaha.
bete di kereta

Next post: #2 jatimpark2 dan perjalanan ke bromo

18 Jun 2013

Satu Kotak Cerita Lama


"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013." 

Kenangan adalah sesuatu yang lalu, yang hanya dapat dilihat di masa sekarang ketika kita sedang menengok ke belakang. Kenangan serupa dengan setiap bab yang telah usai dalam sebuah buku cerita. kenangan tidak dapat mengubah alur cerita, maupun menulis ulang bab yang terasa terlalu pedih, yang terlalu ingin dilupakan. Sebab kenangan hanya bisa dibaca kembali, sambil sesekali ikut terhanyut menikmati perasaan yang dulu pernah timbul karenanya.

Ini adalah sebuah cerita tentang kenangan, dalam sebuah kardus yang kusimpan baik-baik di pojok kamar.
penghapus, plester dan buku tulis
  Aku menyimpan penghapus ini sebagai pemberian pertama darimu bertahun-tahun lalu. Saat itu kita masih berseragam putih abu-abu. Tentu saja pemberian penghapus ini bukannya tanpa sebab. Kamu yang selalu menghabiskan penghapusku untuk pelajaran matematika, memberikan penghapus ini sebagai ganti. Berbulan-bulan lamanya aku tidak peduli dan memakai penghapus pemberianmu seperti normalnya memakai penghapus lain. Namun saat perasaan itu hadir dan aku menyadarinya, sejak saat itu kusimpan penghapus pemberianmu sebagai kenang-kenangan.
  Oke, benda kedua ini memang terlalu jorok untuk disimpan. Aku tidak bisa membayangkan reaksimu jika sampai tahu bahwa aku menyimpan benda semacam ini bertahun-tahun lamanya. Plester penutup luka, well plester bekas. Yang pernah kamu berikan saat aku terjatuh ketika menemanimu lari pagi. Ini konyol, teman sekelas yang baru kutaksir saat masa sekelas hampir berakhir, tiba-tiba muncul di depan rumah dan menyatakan diri sebagai tetanggaku. Untuk memproklamirkan kebertetanggaan kita, maka kamu mengajakku lari pagi dan berakhir dengan bonyok di kakiku. Sejak dulu aku memang tidak jago berlari.
  Buku tulis. Klasik sekali. Sebagai hadiah ulangtahunku yang ke-17. Waktu itu kamu bahkan tidak tahu hari ulangtahunku. Yah, tentu saja aku juga tidak berharap kamu akan tahu. Memangnya siapa aku? Hanyalah teman sekelasmu saat kelas sepuluh dan menjadi tetangga saat kelas dua belas. Kemudian secara spontan, saat kita bertemu di minimarket depan kompleks, kamu menghadiahiku buku tulis ini. Pemberianmu yang benar-benar membuatku terharu.  Dibalik ketidaktahuanmu akan hari ulangtahunku, ternyata kamu selalu menyimak dengan baik setiap percakapan kita.

“Kamu suka nulis kan?” tanyamu waktu itu.
“Anggap saja hadiah ulangtahunmu,” katamu seraya mengangsurkan buku tulis itu kepadaku. Aku setengah bercanda meminta kado darimu karena hari itu aku sedang berulangtahun.
“Semoga kado kecil ini bisa membantu mewujudkan mimpi besarmu. Aku tidak sabar menunggu bukumu terpajang di rak toko-toko buku.”
Senyummu dan ucapan tulus darimu, selalu, ratusan kali telah berhasil meluluhlantakkan pertahananku.

Hingga sekarang, tentu saja aku masih menulis.

Aku menulis. Mengenangmu. Menulis. Mengenangmu. Menulis lagi.

Namun belakangan kusadari kalau cara itu bukan sebuah cara yang sehat untuk perasaanku. Lantas kumasukkan saja semua tentang dirimu ke dalam kardus. Menjadi satu kotak cerita lama yang tinggal dibuka saja jika ingin dibaca.

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...