Akhirnya, setelah menunggu dua tahun lamanya,
keinginan saya untuk merasakan udara Bromo terwujud. Alhamdulillah.
Hal ini bermula ketika saya dan dua teman saya, sebut
saja akhir dan woro, sedang bosan dan ingin jalan-jalan. Kayaknya itu hari
senin atau selasa gitu, saya habis disms nurani, katanya dia lagi di malang dan
mengajak kami untuk main ke sana. Berhubung bulan lalu saya dan woro udah
jalan-jalan di dalam kota, kami membuat agenda untuk luar kota. awalnya sih
kami mau ke solo, tapi saya enggak terlalu suka solo, soalnya udah pernah ke
sana dan transportasinya enggak terlalu fleksibel. Tiba-tiba tercetuslah ide
lama itu, ke Bromo. Maka kami searching transportasi dan bermacam biaya untuk
ke sana, dan memutuskan untuk berangkat hari Jumat lalu pulang minggu malam,
sehingga tiba kembali di jogja senin pagi.
Ternyata keesokan harinya saya dapat kabar, ada tes
di hari senin, pagi pula. Walhasil saya bingung. Menunda keberangkatan mungkin
seminggu lagi. saya tanya ke akhir dan woro dan akhirnya kami memutuskan untuk
memajukan saja jadwal keberangkatan, karena kalau dimundurkan kemungkinan
batalnya akan lebih besar.
Berbekal petunjuk dari Yusna dan Fitri, teman saya
yang sedang di Malang, kami membuat jadwal dan rancangan biaya serta
transportasi ke sana. Hari kamis sore, saya ke kos woro untuk menitipkan bawaan
saya, satu ransel besar berisi keperluan untuk tiga hari. Kemudian malamnya
kami berangkat bareng dari kos woro menuju stasiun tugu. Ohya, kami memakai
angkutan kereta api Malioboro ekspress, 80000 kelas bisnis untuk jogja-malang.
Kereta api berangkat pukul 22.15 dari stasiun tugu. Di dalam kereta saya duduk
di sebelah mas-mas yang baru pulang wawancara kerja, kursinya enggak nyaman,
bikin saya susah tidur.

Kami tiba di stasiun Malang baru pukul 05.30 lebih
cepat beberapa menit dari jadwal. Turun dari kereta, kami mencari mushola untuk
sholat subuh dan cuci muka. Beberapa saat kemudian matahari terbit, kami masih
stay di musola berhubung masih ngantuk karena enggak bisa tidur malemnya. Eh,
ternyata ada larangan tidur-tiduran di dalam mushola, yasudah deh, saya tiduran
sambil duduk. Berhubung matahari sudah naik sepenggalah dan kami masih di
musola, kami sholat dhuha dulu baru melanjutkan perjalanan.
 |
saya, woro, akhir sblm meneruskan perjalanan (stasiun malang baru) |
Rencananya kami menginap di kos yupi, lalu berangkat
ke bromo malam hari. Hari masih pagi, kami keluar dari stasiun dan berharap
bisa sarapan sambil ngeteh. Setelah diskusi bertiga, diputuskanlah untuk
sarapannya sekalian ke Batu. Setelah bertanya pada petugas stasiun tentang
transportasi ke batu, kami foto-foto dulu deh sebelum nyegat angkot :p

Oya, kami menemukan SMA N 1 Malang, sekolah teman sekelas
kami dulu, Sandi, dan pose-pose alay dulu di depan tulisannya, kata woro sih
mau dipamerin ke sandi.
Sesuai petunjuk pak stasiun, kami nyegat angkot ADL
untuk membawa kami ke terminal landungsari. Tadinya ditawarin, nyarter angkot langsung
ke Batu 200rb bertiga, yakali kita kaya (aamiin), lagi nggembel begini. Kami
tolak angkot tersebut dan mencari angkot yang beneran. Ongkos angkot ke
terminal 2500 saja. Sampai di terminal, kami bingung katanya dari tempat angkot
berhenti ke jatimpark masih harus jalan jauh. Akhirnya kami mikir dulu, karena
mikir bikin laper, nyari warung makan lah kami untuk sarapan. Untungnya nemu
warung makan di terminal, saya dan akhir pesen soto ayam, 5000 saja. Woro pesen
nasi rames setengah porsi yang semena-mena karena setengah porsi kuli (alias
dua kali porsi normal kami) 5000 juga plus teh hangat 2000. Soto ayamnya soto
lamongan, ada irisan telurnya ¼ butir, dengan porsi yang mengenyangkan hohoho.
Sambil makan, kami bertanya-tanya sama pembeli yang
lagi makan di sebelah dan pemilik warung. Memang tidak ada angkot yang langsung
menuju jatimpark, tetapi jaraknya tidak terlalu jauh kok kalau ditempuh jalan
kaki. Petugas stasiun menyarankan kami untuk naik bus, sedangkan mbak-mbak
sebelah bilang pake angkot. Akhirnya kami pakai angkot ungu ke jatimpark, pak
supir menawarkan untuk mengantar hingga jatimpark 1, tapi tarifnya jadi
6000/orang, kami iyain aja, udah capek bawa ransel berat L.
Sampai di jatimpark, kami bingung lagi –oh plis-
soalnya ada tiket terusan yang lebih murah. 150rb untuk 4 tempat: jatimpark
1-2, ecogreenpark, dan BNS. Kalo satu tempat saja (tiket wiken, hari itu
jumat): jatimpark1 65rb, jatimpark2 90rb, ecogreen 40rb, BNS 15rb. Dan ada
tiket terusan untuk dua tempat: 120rb jatimpark 1-2, 90rb jatimpark1-ecogreen,
150 jatimpark2-ecogreen. Hari itu sudah agak siang dan kami diburu waktu, dan
katanya jatimpark2 itu keren, makanya kami beli tiket terusan untuk
jatimpark1-2.
Saya udah pernah ke jatimpark1 tapi dulu, saat smp.
Kayaknya waktu itu masih sepi gitu, dan saya belum punya kamera, jadinya
kenangan berupa foto ada di kamera teman-teman smp. Sebenarnya kami mau nyewa
loker untuk nitipin tas, berhubung ransel kami berat banget kalau harus dibawa
berekreasi. Tapi eng ing eng, ternyata yang bisa dititipkan hanya makan besar
berupa nasi, dan pak petugasnya bilang nitip aja di loker kolam renang (yang
jauh banget dari pintu masuk/keluar). Terpaksa deh, kami menenteng tiga kilo
ransel huhuhu T.T. Jatimpark 1 lebih banyak rekreasi edukasi kayak taman
pintar. Ada arena pengenalan nusantara, fisika, kimia, biologi dan sejarah.

 |
nyamain bibir |
 |
woro found her love
|
 |
look so happy :D |
Setelah arena edukasi, ada arena mainan, nah kolam
renang ada di sana, tapi kami harus muter-muter naik-turun untuk mencapainya.
Dan ternyata kolan renang ada di bagian akhir wahana, enggak gitu guna juga
sebenarnya nitipin ransel ini. Saya yang merasa 120rb akan sia-sia kalau enggak
main, membujuk akhir untuk ikutan naik wahana. woro udah kecapekan dan memilih
menunggu daripada tambah pusing kalau naik. Dan begitu saya mau naik,eh, enggak
ada pengunjung lain yang mau naik juga, padahal minimal ada empat orang supaya
seimbang. Untung mbak petugasnya baik hati, dia mau nyariin orang yang naik.
Katanya, “masak bayar tiket mahal-mahal, ke sini cuma untuk duduk-duduk aja,”
sepakat mbak, batin saya. Saya lupa nama wahanya apa. awalnya sih oke,
dipasangin pengaman badan sampe bunyi klik dan mepet banget ke badan saya,
lengan saya kerasa sempit. Dan kami diangkat dan diputer-balik badan-kepala di
bawah-menghadap tanah-entahlah, diputer pertama saya udah enggak berani buka
mata, sementara akhir masih ketawa-tawa. Jeritan korban saya (hasil bujukan
mbaknya) menuai tatapan ingin tahu para pengunjung lain, wahana yang tadinya
sepi jadi ramai deh. Saat itu jumat siang, dan wahana tersebut satu-satunya
yang beroperasi soalnya operatornya cewek (enggak sholat jumat). Begitu
selesai, perut saya kocak, sendal-sendal bertebaran, bahkan ada mbak-mbak yang
sampai nangis saking takutnya. Oh, kapok cukup sekali saya naik itu. tapi kayaknya
berkat kami, jadi ada antrean di wahana tersebut :p
Setelahnya kami ke arena bombomcar, tetapi masih istirahat,
mau nunggu ya kok lama. saya dan akhir naik ke beberapa wahana lain (yang
dirasa lebih aman daripada yang pertama). Lalu solat dhuhur di musola. Eeh,
ternyata malah hujan, kami nunggu sebentar dan pakai jas hujan demi keamanan.
Saat mau pulang sebenarnya akhir dan woro pengen ke rumah pipa, tapi saya
pusing, makanya saya milih nunggu di deket pintu keluar. Saya nunggu lumayan
lama sambil tidur. Kayaknya gara-gara belum makan siang atau mungkin jetlag
–halah-. Ternyata mereka berdua enggak jadi ke rumah pipa karena pakai acara
basah-basahan (hemat baju ganti/hujan/males basah). Jadi deh kami keluar.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah3, langit agak
gelap dan gerimis. Kami tetap memutuskan ke jatimpark 2 meskipun badan udah
payah. Habisnya 90ribu sayang banget kalau dilewatkan. Dari jatimpark1 ke 2
naik kereta mini, sekitar 7 menit udah nyampe. Waktu itu kami pengunjung
terakhir yang pakai kereta mini, berasa kereta Cuma milik bertiga, hahaha.
 |
bete di kereta |
Next post: #2 jatimpark2
dan perjalanan ke bromo