Anakku udah bukan anak kecil lagi nih, lha wong udah disunat, udah perjaka katanya hahaha. Sebenarnya menyunat Faiz di usia bayi bukanlah pilihan pertama kami. Kami pikir nanti saja lah, saat dia sudah TK atau masuk SD. Namun karena diagnosis fimosis oleh dokter, terpaksa kami harus tega melihat Faiz sunat di usia 9 bulan ini.
Fimosis adalah kondisi saat kepala penis melekat di kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis. Kondisi tersebut umum terjadi pada bayi maupun anak-anak yang belum di sunat (sumber: alodokter.com). Mekipun pada sebagian kasus kondisi tersebut tidak menimbulkan masalah, namun ada beberapa kasus yang harus diwaspadai karena membuat bayi jadi gampang sakit hingga terkena infeksi.
Biasanya Faiz memang sebulan sekali demam setelah imunisasi. Bukan demam tinggi, sekitar 38oC aja dan rewelnya juga hanya sehari. Di usia 7-8 bulan kan tidak ada jadwal imunisasi dasar, karena nanti jadwalnya dari 6 bulan lalu lompat ke 9 bulan untuk imunisasi campak. Tapi saat itu Faiz tetap kena demam dan batuk pilek. Puncaknya di usia 8 bulan kemarin demamnya berlangsung selama 3 hari, memang ada batuk pilek juga karena tertular Bapaknya plus lingkungan di daycare yang lagi banyak anak kena bapil. Karena udah 3 hari demam naik turun dan rewel, akhirnya kami membawa Faiz ke dokter Dewi Sp.A di RS Evasari. Oleh dokter diperiksa keseluruhan dan waktu dibuka popoknya, beliau bilang kalau ada kemungkinan fimosis. Faiz diberi obat batuk, pilek dan parasetamol drop, kami juga diberi surat rekomendasi lab jika di hari Senin demamnya belum mereda.
Hari Senin ketika dicek lagi, ternyata demam Faiz sudah reda, kami udah terlanjur lega dan berpikir kalau Faiz sudah sehat. Ndilalah, hari Kamis dia balik demam lagi dengan suhu yang lebih tinggi daripada demam sebelumnya. Aku coba tanya ke dokter Dewi dan beliau menyarankan untuk cek lab. Karena mikir biaya untuk cek darah sepertinya lumayan, kami pun membawa Faiz ke fakes 1, untuk mendapat rujukan ke dokter anak. Berdasarkan rujukan berjenjang yang diterapkan BPJS kini, kami harus ke RS tipe C dulu sebelum bisa dirujuk ke RS Evasari yang merupakan RS tipe B. Namun mengingat kondisi Faiz yang udah lemes, kami langsung tes darah dengan biaya pribadi di Evasari saja lah. Toh, kami pikir surat rujukan tersebut berlaku 1 bulan yang akan kami gunakan jika Faiz sudah mendapat diagnosa yang tepat.
Ternyata biasa tes darah di RS Evasari tidak semahal yang kami kira. Sekitar 100ribuan. Dan untuk bayi menggunakan jarum kecil yang diambil dari jari kiri. Faiz kaget dan menangis sebentar. Setelah mendapat hasil lab dan konsul dokter dengan biaya pribadi tersebut, kami baru ke RS tipe C untuk mendapat rujukan ke dokter subspesialis di RS tipe B. Mungkin kalau dipikir ribet untuk bolak-balik ya, tapi Alhamdulillah di Jakarta ini jarak rumah sakitnya berdekatan dan transportasinya mudah, ketika dijalani sendiri tidak terlalu ribet kok.
Dokter subspesialis yang menangani Faiz adalah dokter bedah anak dr. Iskandar Sp.BA. Beliau cukup sibuk, sehingga konsulnya pun curi-curi waktu di antara waktu operasi. Ketika dicek, dokter Iskandar langsung bilang, benar ini fimosis dan memberitahukan untuk segera operasi hari Kamis. Kami agak shock mendengar operasi hari Kamis, mengingat saat itu udah hari Senin. Kami tidak sempat bertanya lagi sama dokternya karena beliau udah keburu mau operasi pasien lagi. Setelah itu perawat yang datang dan menjelaskan perihal prosedur operasi dan surat-surat yang harus ditandatangani oleh pasien/keluarga. Aku lupa nama perawatnya tapi beliau benar-benar membantu banget menjelaskan prosedur operasi dan perisapannya tanpa membeda-bedakan pasien BPJS maupun bukan.
Oya, operasi sirkumsisi untuk bayi harus mendapat persetujuan dari dokter anak. Jadi meskipun Faiz udah dijadwalkan operasi hari Kamis, kami masih harus kontrol ke dokter anak untuk melihat kondisinya siap operasi atau tidak. Tadinya mau konsul ke dokter Dewi lagi, namun ternyata hari itu beliau tidak ada di jadwal dokter BPJS jadi kami ke dokter Lenny. Dan ternyata beliau tidak memperbolehkan untuk sirkumsisi sebelum bapil Faiz benar-benar sembuh. Berdasarkan yang aku baca sih, karena saat disunat nanti Faiz harus dibius total dan ketika ada batuk/pilek bisa membahayakan nyawanya karena lendir di tenggorokan/kerongkongan bisa menghalangi jalan napasnya saat operasi berlangsung. Kan serem ya, jadi mending operasi ditunda sampai Faiz udah sehat bener.
Faiz dikasih obat supaya sembuh dan disuruh kontrol lagi setelah 5 hari. Dalam 5 hari tersebut bapilnya udah sembuh dan Faiz dinyatakan sehat, namun dokter Lenny minta cek lab ulang karena hasil lab sebelumnya udah kelamaan kalau dipakai untuk pertimbangan operasi mendatang. Cek darah yang ini ternyata lebih lengkap, terus Faiz ditusuknya pakai jarum agak gede gitu di lengan kiri. Pas aku sendirian lagi yang anter, jadinya pas dia nangis disuntik, aku ikut mewek dong huhuhu.
Jadwal operasi sirkumsisi Faiz hari Kamis, namun kami disuruh datang Rabu sore untuk persiapan. Malamnya sih cuma ditimbang dan cek suhu badannya, masih riang dia. Paginya dokter menyuruhnya untuk puasa makan dan ASI selama 8 jam. Bayangkan dong, bayi kecil disuruh puasa makan minum 8 jam itu gimana ya rasanya. Selama itu pula kami harus tega menghadapi kerewelannya karena kelaparan dan nyeri jarum infus.
![]() |
Si bayi dan Si Bapak nunggu dokter sebelum operasi |
Tibalah saat operasi. Deg-degan banget. Mungkin dibilang lebay ya, halah cuma sunat ini, semua laki-laki muslim juga sunat biasa aja kok. Ternyata begini rasanya punya anak. Mungkin kalau Faiz udah TK atau SD kami enggak bakal sedeg-degan ini. Waktu itu aku nyuruh suami aja yang ikut masuk ruang operasi, enggak tega soalnya membayangkan Faiz dibius terus harus kutinggalin buat operasi. Apalagi nanti ketika dia udah sadar dan merasa sakit gimana ya. Suami cuma boleh mengantar hingga ruang perantara, kemudian dia balik lagi buat nemenin aku. Kami cuma bisa nungguin dan berdoa yang terbaik untuk Faiz. Saat aku nengok ternyata suami diam-diam nangis. Haduh, padahal aku yang udah mau nangis, enggak jadi deh, akhirnya aku kuat-kuatin menghibur suami. Kan, enggak lucu kalau kedua orangtua nangis nungguin anaknya yang lagi disunat.
Operasinya berlangsung 25 menit, enggak lama kan. Begitu operasi selesai suami dipanggil untuk menyadarkan Faiz (soalnya dia yang ganti pakai baju ruang operasi yang ijo-ijo itu lho). Setelah sadar dan nangis keras, Faiz dipindah ke ruang antara untuk dipantau kondisinya pasca operasi. Aku tanyain, apa boleh langsung disusuin? Karena sepertinya Faiz nangis karena lapar. Ternyata boleh, aku ganti baju ijo-ijo juga dan nyusuin Faiz sementara dia masih dipasang alat untuk memantau jantung. Satu jam setelahnya dan kondisi pasca operasi dinyatakan baik, kami diberikan penjelasan oleh perawat tentang perawatan pasca operasi sirkumsisi, yaitu:
- - Jangan dipakein pospak dulu, gunanya adalah agar cepat mengetahui kapan anak pipis
- - Setelah pipis, cuci penis dan sekitarnya dengan sabun dan air bersih
- - Keringkan dengan handuk bersih atau kasa (mbak perawat menyarankan pakai kasa steril biar praktis dan jelas bersih)
- - Oleskan salep antibiotic
- - Pakaikan celana longgar/ celana sunat
- - Harus tega!
Benar-benar harus tega, soalnya lukanya masih merah banget ditambah dengan benang operasi yang kelihatan di jahitannya. Terus tiap kali dia pipis nangis keras banget dong. Alhamdulillah Faiz rewelnya 3 hari doang, setelah itu dia kembali ceria. Setelah kita kontrol ke dokter Iskandar juga udah bagus, kata beliau. Cuma aku baru berani pakaikan pospak lagi setelah 2 minggu, aku juga nyewa bouncer yang agak gede buat bobok karena takut dia guling-guling. Soalnya waktu itu dia lagi hobi banget guling-guling kalau ditaruh di karpet/kasur.
![]() |
Pasca operasi, pake celana sunat :D |
Alhamdulillah, sekarang Faiz udah sehat dan ceria. Dia juga udah enggak gampang demam. Semoga dengan enggak gampang sakit, tumbuh kembang Faiz jadi semakin optimal J
x