18 Jun 2013

Satu Kotak Cerita Lama


"Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint: buku Catatan si Anak Magang Film "Cinta Dalam Kardus" yang tayang di bioskop mulai 13 Juni 2013." 

Kenangan adalah sesuatu yang lalu, yang hanya dapat dilihat di masa sekarang ketika kita sedang menengok ke belakang. Kenangan serupa dengan setiap bab yang telah usai dalam sebuah buku cerita. kenangan tidak dapat mengubah alur cerita, maupun menulis ulang bab yang terasa terlalu pedih, yang terlalu ingin dilupakan. Sebab kenangan hanya bisa dibaca kembali, sambil sesekali ikut terhanyut menikmati perasaan yang dulu pernah timbul karenanya.

Ini adalah sebuah cerita tentang kenangan, dalam sebuah kardus yang kusimpan baik-baik di pojok kamar.
penghapus, plester dan buku tulis
  Aku menyimpan penghapus ini sebagai pemberian pertama darimu bertahun-tahun lalu. Saat itu kita masih berseragam putih abu-abu. Tentu saja pemberian penghapus ini bukannya tanpa sebab. Kamu yang selalu menghabiskan penghapusku untuk pelajaran matematika, memberikan penghapus ini sebagai ganti. Berbulan-bulan lamanya aku tidak peduli dan memakai penghapus pemberianmu seperti normalnya memakai penghapus lain. Namun saat perasaan itu hadir dan aku menyadarinya, sejak saat itu kusimpan penghapus pemberianmu sebagai kenang-kenangan.
  Oke, benda kedua ini memang terlalu jorok untuk disimpan. Aku tidak bisa membayangkan reaksimu jika sampai tahu bahwa aku menyimpan benda semacam ini bertahun-tahun lamanya. Plester penutup luka, well plester bekas. Yang pernah kamu berikan saat aku terjatuh ketika menemanimu lari pagi. Ini konyol, teman sekelas yang baru kutaksir saat masa sekelas hampir berakhir, tiba-tiba muncul di depan rumah dan menyatakan diri sebagai tetanggaku. Untuk memproklamirkan kebertetanggaan kita, maka kamu mengajakku lari pagi dan berakhir dengan bonyok di kakiku. Sejak dulu aku memang tidak jago berlari.
  Buku tulis. Klasik sekali. Sebagai hadiah ulangtahunku yang ke-17. Waktu itu kamu bahkan tidak tahu hari ulangtahunku. Yah, tentu saja aku juga tidak berharap kamu akan tahu. Memangnya siapa aku? Hanyalah teman sekelasmu saat kelas sepuluh dan menjadi tetangga saat kelas dua belas. Kemudian secara spontan, saat kita bertemu di minimarket depan kompleks, kamu menghadiahiku buku tulis ini. Pemberianmu yang benar-benar membuatku terharu.  Dibalik ketidaktahuanmu akan hari ulangtahunku, ternyata kamu selalu menyimak dengan baik setiap percakapan kita.

“Kamu suka nulis kan?” tanyamu waktu itu.
“Anggap saja hadiah ulangtahunmu,” katamu seraya mengangsurkan buku tulis itu kepadaku. Aku setengah bercanda meminta kado darimu karena hari itu aku sedang berulangtahun.
“Semoga kado kecil ini bisa membantu mewujudkan mimpi besarmu. Aku tidak sabar menunggu bukumu terpajang di rak toko-toko buku.”
Senyummu dan ucapan tulus darimu, selalu, ratusan kali telah berhasil meluluhlantakkan pertahananku.

Hingga sekarang, tentu saja aku masih menulis.

Aku menulis. Mengenangmu. Menulis. Mengenangmu. Menulis lagi.

Namun belakangan kusadari kalau cara itu bukan sebuah cara yang sehat untuk perasaanku. Lantas kumasukkan saja semua tentang dirimu ke dalam kardus. Menjadi satu kotak cerita lama yang tinggal dibuka saja jika ingin dibaca.

3 komentar:

  1. Akhirnyaa mer,, tulisanmu keluar jg stlh lama tak melihatmu hehehe... Cerita masa lalu yaa..sudahlah :|

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya jenk, padahal ada banyaaaaak bgt yg pengen kutulis tapi ga sempet.
      hahaha, ini buat kompetisi kok jenk ;)

      Hapus
    2. wesehh,,sibuk e km mew hahahaha..sipsip,,ditunggu postingan selanjutnyalah ;)

      Hapus

Pengalaman Operasi FAM di Jakarta

 FAM (Fibroadenoma mammae) FAM merupakan tumor jinak yang bisa terjadi pada wanita usia subur (belasan hingga 30an). Ciri-cirinya adalah ber...